Oleh: Bagas Triyatmojo
DI SEBELAH rumah, ada sebatang pohon rambutan. Dulu, 18 tahun lalu, begitu kami menempati rumah ini, pohon rambutan itu sudah berdiri tegak di sana. 18 tahun meneduhkan dengan rindangnya, 18 tahun menumbuhkan buah setiap musimnya, 18 tahun memberi manfaat bagi kami di sebelahnya.
Bukan waktu yang sebentar, untuk tumbuh menjadi pohon yang sedemikian kokohnya. Butuh waktu yang lama, untuk tumbuh menjadi sedemikian besarnya, dengan berbagai manfaatnya. Namun setelah 18 tahun membersamai keluarga kami, hari ini tidak sampai 1 jam, pohon itu selesai ditumbangkan.
***
Membangun, mendirikan, menegakkan, itu membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan meruntuhkan, menghancurkan, menumbangkan, bisa begitu mudah dan cepatnya.
BACA JUGA: Bersahabat dengan Al-Quran adalah Bukti Iman
Itulah mengapa kita memerlukan istiqomah, kesabaran dan kehati-hatian, ketika melakukan amal amal kebaikan. Menjaganya, dari kesombongan, riya’ dan keburukan lainnya, yang mampu memangkas habis kebaikan yang pernah kita lakukan.
Membangun kepercayaan orang lain melalui kejujuran, butuh waktu yang tidak sebentar, namun begitu mudahnya hilang dengan sekali kebohongan.
Menjadi pohon yang berakar kuat, berbatang kokoh, berdahan rindang, berbuah lebat, memakan waktu bertahun tahun, namun begitu cepat tumbang sekali tebang.
Tadi saya perhatikan, ketika menebang pohon, ranting-rantingnya dulu dihabiskan, baru dahan-dahannya, kemudian batangnya.
Mungkin kita perlu sedikit curiga, ketika kita mulai merasa malas atau berat, saat melakukan kebaikan yang terlihat “kecil” dampaknya, saat mulai abai terhadap kebaikan yang sederhana.
BACA JUGA: Orang Beriman Menyikapi Ghibah dan Menjaga Amanah
Perlu kita curigai pula, saat kita tidak khawatir terhadap keburukan yang “kecil” dosanya. Bisa jadi itu sebuah tanda, ranting ranting kebaikan kita sedang ditebangi oleh diri kita sendiri. Sehingga tanpa terasa, pohon iman kita semakin gersang, tidak lagi rindang meneduhkan, tidak lagi berbuah yang menyegarkan.
Membangun memang berat, terlebih lagi menjaga yang telah terbangun kuat. Namun semoga kita teringat, istana akan senantiasa indah, bila terjaga dan terawat. Istana, yang semoga kita raih di surga. Wallahu a’lam. []