Oleh: Ustadz Salim A Fillah
IMAM Ibnu Athaillah As-Sakandari memberi kita perumpamaan tentang khumul; menyembunyikan ibadah-ibadah kita dari mata manusia untuk menjaga keikhlasan, menjaga istiqamah.
Khumul itu seperti kalau kita menanam tanaman, maka harus dia ditanam secara sempurna di bawah bumi. Jangan tergeletak di tanah karena yang tergeletak di tanah, nampak, terlihat, tidak akan tumbuh dengan kokoh, tidak akan tumbuh dengan baik.
Maka kita menjadikan amal-amal ini sebagai hal yang kita jaga dengan Allah ﷻ agar yang tumbuh adalah niat manusia adalah buahnya akhlak mulia kepada sesama.
Kemudian, soal perkara iman tidak pernah menjamin kita untuk selalu berlimpah dan tertawa. Iman hanya menjamin kita untuk mendapatkan elusan lembut kasih sayang Allah dalam apa pun dera yang menimpa. Ujian apa pun, justru bahkan kadang setara dengan keimanan kita.
Makin tinggi keimanan seseorang, makin berat ujian yang akan kemudian Allah cobakan kepadanya. Maka Allah mengatakan, “kalau kalian merasakan sakit, wahai orang-orang beriman, maka orang-orang kafir pun merasakan sakit sebagaimana kalian merasakan sakit. Tetapi kalian mengharapkan dari Allah apa-apa yang tidak bisa diharapkan oleh orang-orang kafir.”
Kalian mengharapkan dari Allah apa-apa yang tidak bisa diharapkan oleh orang-orang kafir, yaitu pahala dan surga Allah yang إن شاء الله kita raih. []