Oleh: Rika Kamila
Pelajar SMAN 1 Rancaekek
kamilarika2@gmail.com
RAMADHAN adalah bulan yang agung. Bulan Ramadhan juga sebagai moment spesial bagi orang mukmin. Momen spesial tersebut dapat membuat seseorang meningkatkan ibadah, keimanan dan keqakwaan serta hubungan sosialnya.
Suasana keimanan dan ketaqwaan sangat terasa di bulan ini. Setiap orang berlomba-lomba untuk beribadah dengan maksimal. Semua ini terjadi karena pada hakikatnya manusia itu memiliki naluri beragama dalam dirinya. Naluri beragama tersebut dapat tetap kuat jika keadaan sekitarnya pun memperkuatnya.
BACA JUGA:Â Memetik Buah Takwa
Bulan Ramadhan ini bisa disebut sebagai momentum latihan dan training. Hal ini dikarenakan ritme aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada bulan Ramadhan itu hampir sama. Mulai dari shalat berjamaah di masjid, shaum, shalat tarawih, tadarus, berdakwah, dan lainnya. Aktivitas tersebut terus-menerus dilakukan oleh manusia hingga satu bulan penuh dan jika terus dilakukan maka akan menciptakan habit atau kebiasaan baru yang lebih taat, lebih disiplin dan tentunya lebih baik. Ditambah dengan keadaan lingkungan sekitar yang sama-sama menjalankan hal tersebut.
Pertanyaannya, apakah ritme seperti itu dapat tetap terjaga atau tidak setelah bulan Ramadhan ini berakhir? Bisa jadi hanya sebagian kecil orang yang melakukan ritme tadi masih dapat bertahan ketika Ramadhan telah pergi. Kita bisa melihat faktanya di hari terakhir bulan Ramadhan masjid menjadi sepi dan pusat perbelanjaan penuh sesak. Terlebih, apabila Ramadhan telah pergi maka hidup yang penuh dengan ketaatan dan ketaqwaan pun ikut pergi. Sementara, pengaruh/dukungan lingkungan sekitar selama Ramadhan tersebut akan nyaris hilang ketika Ramadhan telah berakhir.
Untuk menjaga ritme ketaatan dan ketaqwaan seorang mukmin, perlu disertai pengaruh/dukungan yang positif dari lingkungan sekitarnya. Hal ini akan sulit diwujudkan bila kita tetap hidup dalam keadaan sekular. Beribadah secara intens di bulan Ramadhan namun kembali bermaksiyat di sebelas bulan berikutnya.
Oleh karena itu, selain ketaqwaan individu, diperlukan pula lingkungan yang kondusif yang dapat menjaga ritme ketaatan dan ketaqwaan kaum muslimin secara berkelanjutan. Lingkungan tersebut akan dapat terbentuk jika sistem yang diterapkannya adalah sistem Islam. Karena dengan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan mulai dari pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sanksi hukum, sosial, media massa, dan sebagainya maka akan tercipta kehidupan yang selaras dan sempurna menuju tujuan yang satu dan agung yaitu mencapai keridhoan-Nya.
BACA JUGA:Â Takwa, Gaya Hidup Muslim Sejati
Tak akan tampak kemaksiatan dalam pandangan hidup sehari-hari. Tak akan tampak wanita menunjukkan auratnya, tak akan tampak tayangan yang tak mendidik dan tak akan tampak kemunduran demi kemunduran dari berbagai bidang seperti yang terjadi pada saat ini.
Karena itu, selepasnya kita dari bulan mulia ini, hendaklah kita berazzam untuk mempertahankan kebaikan yang telah dilakukan. Tak lupa ada upaya untuk berdakwah kepada lingkungan sekitar agar kehidupan Islami yang didambakan bisa segera direalisasikan. Wallahu’alam bishawab. []