Oleh: Fariz Noor Khotimah, S.Psi
SUATU ketika tampak sibuklah segelintir orang dengan perbekalan yang lengkap menuju sebuah tempat yang meskipun jauh akan mereka tempuh. Pakaian, beberapa lembar uang atau bahkan tak sepeserpun, dan tentunya sebuah kitab yang mudah mereka genggam, semua telah dipersiapkan. Walaupun hanya segelintir dari yang tak mampu, mereka bergerombol, berangkat bersama menuju satu tempat yang sama. Ada yang menggendong anak, mengandung bayi, menggamit istri atau bahkan berangkat sendiri.
Wajah mereka berseri, penuh harapan meskipun harus meninggalkan sejenak tempat tidurnya yang hangat, rumah-rumah yang ditutup rapat dan harta benda yang selama ini mereka dapat. Semua mereka tinggalkan demi malam-malam yang penuh kesejahteraan. Satu, dua, tiga atau bahkan berkali-kali telah mereka lakukan, rasanya seperti pertama kali. Penuh harapan, penuh doa dan penuh keyakinan.
Mereka sadari, hari-hari penuh keberkahan seolah berlari. Menuntut mereka saling berlomba untuk “bertemu” dengan Tuhannya di malam yang sangat langka. Betapa beruntungnya mereka, siapapun yang “ditemui” Tuhannya di malam itu, seperti seribu bulan tiada henti bersujud. Yang berdiam di rumah-Nya, pun yang berjaga di rumah suaminya demi menjaga amanah-amanahnya, yang tak kuasa membawa dirinya kemana, yang tetap mencoba terjaga meski rintihan sakit selalu ditahannya. Oh, betapa beruntungnya mereka. Sungguh betapa beruntungnya mereka!
Tak peduli gegap gempitanya dunia menanti bedug ditabuh seharian, makanan terhampar di tengah meja hingga tepian, riuhnya kerumunan berebut diskonan, bahkan lalu lalang mobil memenuhi jalanan. Demi waktu yang telah Tuhan mereka janjikan bagi orang-orang yang tak lalai dalam mengingat-Nya. Alangkah beruntungya mereka! Diberi salam oleh para makhluk Tuhan tanpa cela dan disampaikannya kesejahteraan hingga terbitnya fajar. Dihapuslah oleh Tuhannya, semua kesalahan, cela dan dosa bagi siapapun yang memintanya. Dikabulkanlah oleh Tuhannya, semua permintaan kebaikan bagi siapapun yang memohonnya.
Kesempatan yang Tuhannya berikan itu akan berulang hingga datang Hari Pertemuan yang telah dijanjikan. Yang peduli maupun yang lalai, yang ingat maupun yang lupa, yang menantinya maupun yang mengacuhkannya, semua telah disampaikan oleh utusan-Nya dan semua telah didengar oleh makhluk-Nya.
Maka bersegeralah, berlarilah mengejar janji-Nya yang pasti benar. Jangan sampai tertinggal atau bahkan terdahului ajal. Karena sungguh celaka, sungguh celaka orang-orang yang melalaikan jalan-jalan yang telah Tuhannya mudahkan. Ketika tiba suatu masa yang sulit, ketika seorang ayah tak peduli lagi dimana anaknya. Ketika seorang ibu tak peduli lagi bagaimana yang dikandungnya. Ketika harta benda, hewan ternak dan kendaraan yang dibanggakannya tak lagi berguna.
Maka berakhirlah sudah kesempatan itu. Selesailah sudah persiapan itu. Digiringlah gerombol-gerombol manusia dengan membawa catatannya masing-masing. Ada yang berwajah gembira, namun banyak pula yang bermuka masam berwajah kehitaman. Bertemulah mereka dengan Tuhannya. Pertemuan yang sebenar-benarnya. Siapapun yang menantikannya, pasti akan mempersiapkan sebaik-baik bekal. Siapapun yang menghindarinya, pasti hanya sesal yang akan tertinggal. []