PUASA Ramadhan merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Namun, tak semuanya mampu menjalaninya secara penuh, sebab adakalanya kondisi tertentu membuat seseorang tak bisa menjalankan puasa. Misalnya, wanita haid atau muslim yang mengalami sakit parah.
Dalam kondisi khusus tersebut, mereka boleh tak berpuasa, namun tetap harus meng-qodho atau mengganti puasa di luar bulan Ramadhan selama jumlah hari yang mereka tinggalkan puasanya itu.
Dalam satu tahun, ada 12 bulan. Maka, waktu untuk meng-qodho puasa wajib tersebut pun lumayan panjang. Memang sebaiknya qadho diselesaikan di bulan Syawal, namun bila tak memungkinkan boleh dilakukan di bulan-bulan lainnya.
Nah, bagaimana jika kebablasan? Bagaimana jika sudah menjelang Ramadhan tahun berikutnya, eh, qodho Ramadhan sebelumnya masih belum terbayar?
Sebelum bulan Ramadhan, ada bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Puasa qodho tentu masih bisa dilakukan. Namun, ada hadis yang melarang melakukan puasa setelah masuk pertengahan bulan sya’ban.
Diantaranya hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud 2337)
Dalam hadis yang lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari 1914 dan Muslim 1082).
Di sisi lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa selama sya’ban. Bahkan beliau melakukan puasa sya’ban sebulan penuh. Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari 1970 dan Muslim 1156)
Karena itu, sebenarnya larangan berpuasa setelah masuk pertengahan sya’ban, tidak berlaku mutlak. Dalam arti larangan itu berlaku ketika seseorang melakukan puasa sunah tanpa sebab, sementara dia tidak memiliki rutinitas puasa sunah tertentu atau tidak dimulai dari awal sya’ban.
Kita bisa perhatikan, dalam hadis kedua dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pengecualian, “kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.”
Dengan demikian, puasa qadha dibolehkan sekalipun telah masuk pertengahan sya’ban. Batas akhirnya adalah sampai datang ramadhan berikutnya. Dan itulah yang dilakukan oleh Ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha.
Beliau pernah menuturkan, “Dulu saya punya utang puasa ramadhan. Dan saya tidak bisa mengqadhanya kecuali di bulan sya’ban.” (HR. Bukhari 1950, Muslim 2743, dan yang lainnya). []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH