IMAM Syafi’i adalah ulama kelahiran Palestina yang memiliki peran penting dalam sejarah pemikiran Islam. Dialah sang peletak dasar mazhab fikih Syafii, salah satu dari empat mazhab dalam Islam.
Nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin ‘Abbas bin ‘Usman bin Syaafi’ bin Saaib bin ‘Ubaid bin ‘Abdu Yazid bin Haasyim bin ‘Abdul Mutthalib bin ‘Abdul Manaf. Dia dilahirkan di Ghaza, pada pada 150 Hijriyah dan meninggal dunia di Fusthat, Mesir, pada 204 Hijriyah atau 819 Masehi.
Menjelang wafat, Imam Syafi’i pun memberikan nasihat penting kepada muridnya, Al-Muzanni. Dia mewasiatkan kepada muridnya agar selalu bertakwa kepada Allah, mengingat akhirat, mengikuti kebenaran, sabar menghadapi musibah, dan berbuat baik.
BACA JUGA: Nasihat Indah Imam Syafi’i tentang Ilmu
Berikut nasihat Imam Syafi’i itu, seperti dikutip dari buku Biografi Imam Syafi’i: Kisah Perjalanan Hidup Sang Mujtahid karya Tariq Suwaidan.
Imam Syafi’i berkata, “Bertakwalah kepada Allah dan ingatlah selalu akhirat dalam hatimu. Jadikan kematian selalu di matamu dan jangan lupa keadaanmu kelak di hadapan Allah. Jadilah selalu bersama Allah dan jauhi larangan-Nya. Tunaikan kewajiban-Nya dan berjalanlah di jalan keberanan di mana pun kau berada.”
“Jangan kau anggap remeh nikmat Allah kepadamu, walaupun sedikit. Terimalah ia dengan rasa syukur. Jadikan diammu sebagai tafakur, bicaramu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai usaha mengambil pelajaran. Maafkan orang yang menzalimimu. Jalin silaturahim dengan orang yang memutuskannya, bersikaplah baik kepada orang yang bersikap buruk kepadamu, bersabarlah atas musibah, dan mintalah ampunan Allah dari neraka dengan takwa,” sambungnya.
BACA JUGA: Wasiat Imam Syafi’i untuk para Pendidik
Imam Syafi’i pun melanjutkan nasihatnya dengan berkata, “Jadikan kejujuran sebagai lisanmu, menjaga amanat sebagai tiangmu, rahmat sebagai buahmu, syukur sebagai pembersihmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang sebagai hiasanmu, Alquran sebagai kecerdasanmu, ketaatan sebagai hidupmu, keridaan sebagai amanatmu, pemahaman sebagai mata hatimu, harapan sebagai kesabaranmu, dan takut sebagai pakaianmu.”
“Jadikan sedekah sebagai pelindungmu, zakat sebagai bentengmu, rasa malu sebagai pemimpinmu, kesabaran sebagai menterimu, tawakkal sebagai tamengmu, dunia sebagai penjaramu, kemiskinan sebagai tempat tidurmu, kebenaran sebagai penuntunmu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Alquran sebagai temenmu berbicara, dan Allah sebagai penghiburmu. Barangsiapa menjadikan semua ini menjadi sifatnya maka surga akan menjadi tempatnya,” pungkasnya. []
Referensi: Biografi Imam Syafi’i: Kisah Perjalanan Hidup Sang Mujtahid/Karya: Tariq Suwaidan/Penerbit: Zaman/Tahun: 2015