Oleh: Ainul Ma’rifah
Pengajar di Banyuwangi
ainulmarifah1453@gmail.com
ALLAH SWT menciptakan makhluk paling sempurna yaitu manusia. Kesempurnaan penciptaannya dilengkapi dengan segenap potensi kehidupan yaitu naluri, kebutuhan jasmani dan tentu saja yang membedakan dengan makhluk lainnya yaitu akal. Akal lah faktor utama penentu bahwa manusia makhluk sempurna dan paling mulia.
Dikatakan paling mulia karena akal lah penentu bagi manusia untuk membedakan kebaikan atau keburukan, dan ketaatan atau kemaksiatan. Itulah akal dengan segala potensi untuk taat atau maksiat. Hanya saja, akal yang merupakan anugerah terbesar dariNya tidak cukup jika tidak disandingkan dengan potensi lainnya yaitu naluri dan kebutuhan jasmani.
BACA JUGA: Bersyukurlah ketika Diberi Ujian, Allah ingin Anda Lebih Kuat
Kebutuhan jasmani manusia termanifestasi dalam bentuk kebutuhan akan fisik seperti makan, minum, tidur dan lain sebagainya. Menopang tubuh manusia agar tetap bisa terus tumbuh dan berkembang sesuai bertambahnya usia. Jika potensi kebutuhan jasmani ini tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan rusaknya fisik bahkan dapat mengantarkan pada kematian. Atau sebaliknya, jika kebutuhan jasmani dipenuhi secara berlebihan maka yang terjadi pun juga akan merusak sistem dalam tubuh manusia. Itulah dua potensi kehidupan akal dan kebutuhan jasmani dengan perbedaan karakteristiknya masing-masing. Lalu, bagaimana dengan potensi kehidupan yaitu naluri?
Dari ketiga potensi kehidupan itu, naluri memiliki karakteristik paling berbeda. Naluri yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah hal yang paling unik karakteristiknya. Pemenuhannya berbeda dengan akal dan kebutuhan jasmani. Naluri, ketika pemenuhannya bermasalah maka tidak sampai menghantarkan kepada kematian, tetapi hanya sekadar menimbulkan kegalauan dan bisa jadi sampai “stres” berkepanjangan jika tidak dikelola dengan baik dan baenar.
Naluri memiliki tiga cabang penampakan, yaitu naluri mengagungkan hal yang lebih besar dari manusia, naluri berkasih sayang, dan naluri eksistensi diri. Ketiga cabang naluri ini sifatnya saling mendahului. Ketiganya tidak mau kalah satu sama lain.
Ketiga naluri tersebut akan menghadirkan apa yang saya sebut “rasa,” seperti perasaan sedih, bahagia, marah, kecewa bahkan putus asa. Namun, perasaan ini justru anugerah terbesar yang Allah SWT hadirkan dari yang namanya potensi kehidupan yaitu naluri. Rasa sedih ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, rasa bahagia ketika terjadi hal yang diinginkan, rasa marah atau kecewa ketika terjadi pengkhianatan atau sebagianya.
Uniknya ketiga perasaan ini, sedih, bahagia, marah dan kecewa terkadang penampakan fisiknya bisa sama. Manusia bisa menampakkan ketiga perasaan tersebut dengan yang namanya “menangis”. Bahagia menangis, sedih menangis, kecewa dan marah pun ditunjukkan dengan menangis.
BACA JUGA: Nusaibah Bersyukur Keluarganya Syahid
Rasa ini juga termasuk bentuk sayangnya Allah SWT kepada seluruh makhlukNya, tidak hanya manusia. Jika rasa ini oleh manusia dikelola dengan baik dan ditundukkan dengan syari’atNya maka kenikmatan akan semua persoalan kehidupan akan bisa dirasakan. Justru setiap manusia akan mensyukuri tiap rasa yang hadir dalam kehidupannya, baik rasa sedih, bahagia, marah, kecewa, putus asa dan lain sebagainya. Seandainya Allah SWT tidak menghadirkan yang namanya “rasa” maka manusia tidak akan pernah merasakan nikmatnya kehidupan ini dengan segala kesempurnaan penciptaanNya termasuk hadirnya persoalan kehidupan.
Kebanyakan manusia tidak mudah memaknai sebuah “rasa,” apapun rasa itu. Sedih, bahagia, marah, kecewa, bahkan putus asa. Sesungguhnya semua rasa yang hadir dalam kehidupan adalah naluri, tiap manusia akan merasakannya dan itu adalah fitrah, alami pada diri manusia. Perbedaannya adalah bagaimana menyikapi rasa tersebut. Menundukkannya pada ketaatan, atau mengingkarinya dengan kemaksiatan. Sejatinya memaknai rasa kembali kepada kita sebagai manusia. Bagaimana menempatkan perasaan tersebut, sehingga menjadi benar-benar penerimaan yang ikhlas. Bukan lagi mempersoalkan rasa dan menghakimi Allah SWT yang telah menganugerahkannya kepada manusia. Wallahua’alam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.