Oleh: Via Nurafifah
Mahasiswa Akuntansi Syariah STEI SEBI
vianurafifah04@gmail.com
SURAH Al-hujurat merupakan surah ke 49 dalam Al-Quran yang mengandung arti “kamar–kamar.” Surah ini tergolong madaniyah berada pada juz ke 26 terdiri tidak lebih dari 18 ayat. Sebagain ayat pada surah ini menjelaskan persaudaraan. “Sesungguhnya orang orang mukmin itu bersaudara…” ayat ke 10 sudah mewakili penjelasan bahwa semua orang yang beriman itu bersaudara, saudara di sini bukan hanya tetangga dekat saja, atau hanya orang orang sekampung saja, atau bahkan hanya saudara dari kerabat/keturunan keluarga saja.
Lebih jauh, pada ayat ini di sebutkan bahwa semua orang yang beriman tanpa adanya batasan wilayah, suku, budaya, dan sebagainya.. Zaman sekarang ini banyak yang menafsirkan bahwa saudara hanyalah saudara dari ibu, saudara dari ayah, saudara keturunan nenek, kakek, dan seterusnya, tanpa mencari tahu siapa saudara kita sebelum keturunan nenek, nenek nya lagi, lagi , dan lagi… Yang akan berakhir pada penciptaan pertama yaitu nabi Adam as.
BACA JUGA: Belajar dari Persaudaraan Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Rabi’
Maka kenapa dalam ayat ini di sebutkan semua orang mukmin bersaudara? karena nenek moyang kita yaitu nabi Adam as memilki banyak keturunan bisa jadi kita memiliki ikatan saudara denga si A karena ketidaktahuan kita akan silsilah keluarga dari mulai ‘anak–putu-buyut-canggah-wareg-udhekudhek-gantung-siwur-cicip-moning,…’ maka dengan ayat ini Allah mengingatkan kembali bahwasannya kita sebagai orang beriman adalah saudara.
“…karena itu damaikanlah antara kedua saudara mu yang (berselisih)…” tidak menutup kemungkinan bahwa yang dinamakan persaudaraan pasti akan mengalami pergesekan artinya tidak selalu lurus, damai ,tentram tapi adakalanya terjadi sebuah perselisihan. Kita ingat kisah Qabil – Habil? Dalam sejarah, mereka mempunyai ikatan saudara di mana Qabil merupakan orang pertama yang memutuskan tali persaudaraan ia membunuh saudaranya sendiri yakni Habil.
Cerita itu begitu terkenal tetapi sayangnya kita hanya mengetahui tentang pembunuhannya saja, kita tidak belajar bahwa Habil adalah orang yang menjaga persaudaraan sesama manusia, terbukti dengan ia melakukan persembahan terbaik kepada allah SWT. Sedangkan Qabil adalah yang memutus cabang persaudaraan sesama manusia dengan persembahan yang busuk kepada Allah SWT. Maka dengan turunnya ayat ini mengingaktkan kembali kepada kita, jika terjadi suatu perselisihan terkhusus dalam persaudaraan maka damaikanlah atau berdamailah. Dan kisah antara Qabil – Habil menjadi pelajaran bagi kita bahwa dalam mendamaikan suatu masalah, penyelesaiannya tidak hanya dengan pembunuhan/tindakan kasar.
“ … dan bertakwalah kepada allah agar kamu mendapat rahmat “ (QS. Al hjurat ayat 10) dan sebaik baiknya manusia adalah orang yang bertakwa yaitu orang yang senantiasa mengikuti semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.
”Wahai orang–orang yang beriman! janganlah suatu kaum mengolok–olok kaum yang lain , (karena) boleh jadi mereka (yang di perolok–olokan ) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok ), dan jangan pula perempuan–perempuan (mengolok-olokan) perempuan yang lain (karena) boleh jadi perempuan yang (diperolok–olokan) lebih baik dari perempuan yang (mengolok–olok) janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah panggilan yang buruk (fasik) setelah beriman , dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang orang dzalim.” (QS. Al–Hujurat : 11)
”Wahai orang – orang yang beriman! janganlah suatu kaum mengolok – olok kaum yang lain …” ayat ini menjelaskan larangan mengolok-olokan orang lain baik antar laki ataupun perempuan. Karena sudah jelas bahwa “…(Karena) boleh jadi perempuan yang (diperolok–olokan ) lebih baik dari perempuan yang mengolok–olok…” terkadang kita hanya menilai seseorang dari luarnya saja, ketika kita baru kenal dengan orang lain yang kita tilai pasti fisik orang tersebut. “Eh, kok dia pendek ya? Eh ,kok dia pipinya chuby bener… dan lain-lain.” Mungkin hati ini bisa dengan lancar menilai orang, tapi apakah kita pernah tahu? Penilain terbaik adalah penilaian Allah terhadap hambanya bisa jadi kita menilai A kurang baik, tapi di hadapan Allah si A yang lebih baik dari kita.
”… dan jangnalah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk…” saya mentadaburi bahwa gelar di sini adalah panggilan kita terhadap orang lain, banyak sekali zaman sekarang teman antar teman memiliki panggilan khusus, bahkan unik. Setidaknya jikalau lawan bicara kita tidak mempermasalahkan dalam artian nyaman dengan pangggilan kita terhadap dia maka tidak ada masalah, tetapi ingat setiap nama itu adalah doa maka berilah gelar/nama panggilan tersebut, dengan penuh doa. Tapi jikalau lawan bicara kita tidak menyukai-nya maka jauhilah, dan jauhi panggilan seperti si kafir, si munafk yang dapat melukai hati orang yang terpanggil. Hal ini agar kita terhindar dari perselisihan antara saudara yang tadi di jelaskan dalam ayat 10.
“…dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang orang zalim . “ (QS. Al hujurat ayat 11) Dan sebaik baik tobat adalah taubatan nashuna, taubat yang sebenar–benarnya taubat, meminta ampun kepada allah dan berjanji tidak akan menguanginya lagi.
BACA JUGA: Merindu Generasi Sahabat di Era Milenial
Dari hkmah mentadaburi dua ayat tersebut yaitu ayat 10 dan 11 QS. Al hujurat, Allah mengingtkan kembali kepada kita bahwa sesama muslim merupakan saudara tidak ada batasan wilayah, budaya, bahkan warna kulit. Namun di antara persaudaraan pasti akan hadir yang namanya perselisihan, di sini Allah mengajarkan kepada kita bahwa dengan hadirnya perseisihan mudah-mudahan kita semua bisa memetik setiap hikmah yang terjadi pada perselisihan tersebut.
Dan ingatlah bahwa kita di ciptakan sebagai makhluk di muka bumi ini belum tentu sempurna maka janganlah menilai (mengolok–olok) orang lain dengan pandangan yang buruk menurut kita, karena sebaik-baiknya penilaian adalah penilaian Allah terhadap hambanya, serta hindarilah pemberian gelar/sebutan bagi saudara kita dalam artian menjanga lisan ketika berucap karena sebaik baik pemberian gelar di dalamnya terkandung doa. Dan bertakwalah kepada Allah dan minta ampunan atas kesalahan yang pernah kita perbuat selama kita bernapas. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.