SETIAP wanita ingin memiliki pernikahan yang utuh tanpa adanya wanita kedua atau perceraian.
Peneliti menemukan bahwa wanita yang dipoligami cenderung lebih banyak mengalami kecemasan, karena kurangnya kepuasan hidup dan pernikahan juga rendahnya kepercayaan diri.
BACA JUGA:Â Mengapa Rasul Poligami?
Menurut Psikolog Klinis Forensik Adityana Kasandra Putranto, ini alasan wanita yang dipologami akan mengalami kesehatan mentalnya, ini diantaranya:
1 Penyebab Wanita Dipoligami
Suami yang berpoligami pasti memiliki sebab, melalui wawancara, Psikolog Klinis Adityana Kasandra Putranto mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan istri bersedia dipoligami.
Biasanya masalah ektrenal juga internal. Yang mana faktor ekternal muncul karena keluarga, teman, masyarakat atau pasangan sendiri.
Faktor internalnya karena disebabkan karena istri tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai istri. Atau istri tidak bisa memberikan keturunan.
2 Alasan Poligami Dari Sudut Pandang Suami
Dalam studi Success and Failure Among Polygamous Families: The Experience of Wives, Husbands, and Children tahun 2006, Solim-Nevo dan Al-Krenawi melakukan wawancara kepada 10 keluarga yang mempraktikkan poligami di kota Arab Badui, tepatnya di Israel bagian selatan.
Alasannya kenapa para suami poligami adalah sebagai berikut:
- Tidak puas dengan pernikahannya sekarang
- Ingin menjalankan ajaran Agama
- Ingin punya banyak keturuanan
- Membantu kondisi keuangan orang lain
3 Wanita yang Dipologami Rentan Mengalami Masalah Mental
Jika ditanyakan tentang masalah psikologi ternyata wanita lebih rentan mengalami kesehatan mental.
Psikolog lulusan Psikologi Universitas Indonesia itu, memaparkan perspektifnya, penelitian yang dilakukan mengenai poligami akan menganggap dirinya lebih buruk.
Bahkan wanita yang dipoligami akan lebih rentan mengalami masalah mental dibandingkan dengan wanita yang memiliki suami setia.
Pada riset yang berjudul The Impact of Polygamy on Women’s Mental Health: A Systematic Review itu, peneliti membandingkan masalah kesehatan wanita yang dipoligami dan tidak.
Hasilnya adalah wanita yang dipoligami cenderung mengalami banyak kecemasan, tidak puas dengan pernikahannya dan rendah kepercayaan diri.
4 Suami Belum Tentu Adil
Dalam kasus poligami belum tentu suami akan berlaku adil kepada istrinya.
Karena ada yang awalnya disayang akhirnya sering dibentak-benyak, ada yang awalnya dipedulikan akhirnya tidak.
Menurut riset oleh Solim-Nevo dan Al-Krenawi, kehidupan wanita setelah dipoligami itu beracam-macam, tak ada yang berjalan baik-baik saja.
kehidupan perempuan setelah dipoligami bermacam-macam. Yang pasti, tidak ada jaminan 100 persen jika semuanya berjalan baik-baik saja.
Khotimah pada tahun 2010, melakukan studi terkait dampak psikologis istri yang dipoligami. Ternyata, wanita yang dipoligami merasa cemburu, stres, tertekan bahkan merasa bersalah hingga merasa ketakutan.
5 Adakah Wanita yang Mau Dipoligami Sama Suamianya?
Diluar sana banyak wanita yang dipoligami oleh suaminya, namun apakah mereka benar-benar menerima suaminya menikah lagi?
Sang istri mungkin akan mengalami sakit keras sehingga tidak bisa berfungsi dalam kesehariannya dengan baik.
Meskipun suami ingin menolong kesulitan wanita lain namun tetap saja istrinya tidak merasa baik-baik saja.
6 Apakah Hidup Berumah Tangga Dengan Kondisi Poligami?
Menurut Psikolog Kasandra, penelitian membuktikan bahwa istri pertama menumbuhkan perasaan inferior dalam dirinya.
Mereka beranggapan poligami disebabkan karen akurang mampu memenuhi keinginan atau melayani suami dan tidak bisa memenuhi kebutuhan suami.
BACA JUGA:Â Jika Suami Tidak Adil dalam Poligami, Ini Peringatan Nabi
Istri pertama beranggapan bahwa mereka sosok yang tidak berharga dimata suaminya.
Pendapat ini dikuatkan oleh pernyataan Spring dalam penelitian Nina tahun 2009, mengenai penyesuaian perkawinan, mereka merasa bahwa dirinya bukan satu-satunya wanita yang bisa membahagiakan istrinya. []
SUMBER: HUMAIROH