MALAYSIA—Pejabat Malaysia mengatakan bahwa sebagian umat Muslim lebih peduli tentang status makanan halal dibandingkan dengan sumber pendapatan mereka. Keterangan ini disampaikan Wakil Menteri di Departemen Perdana Menteri Urusan Islam Malaysia, Dr Asyraf Wajdi Dusuki.
“Kekhawatiran akan makanan halal dan label halal sangat penting. Tapi kekhawatiran serupa mungkin kurang diperhatikan pada dari mana sumber uang untuk membeli makanan halal itu berasal,” kata Dusuki dalam sebuah seminar, Halal Focus melaporkan pada Selasa (28/11/2017).
Menurutnya, sebagian Muslim tidak peduli dari mana uang mereka terima untuk membeli makanan halal itu, meski berasal dari pendapatan riba, bunga, dan korupsi. “Ini adalah sesuatu yang sangat nyata di masyarakat kita saat ini,” ujar Dr Asyraf.
Dia menekankan dari beberapa konsekuensi mengonsumsi kekayaan haram, satu diantaranya; ketika seseorang mengonsumsinya, doa mereka tidak akan terkabul.
Menteri yang bertanggung jawab atas urusan Islam itu juga menegaskan adanya istilah “bir halal” bertentangan dengan sertifikasi halal Malaysia.
Beberapa restoran cepat saji di Malaysia, terutama merek-merek internasional seperti KFC kini menawarkan menu halal, menggunakan daging halal untuk pengganti daging babi, seperti daging kalkun dan sapi.
Potensi pasar produk halal dunia diperkirakan akan berkembang pesat seiring dengan meningkatnya populasi muslim dunia pada tahun 2030, dengan estimasi nilai perdagangan sebesar 3,7 triliun pada tahun 2019 (data Global State of Islamic Economic).
Sementara, berdasarkan riset lembaga survei Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life memproyeksi total penduduk Muslim dunia meningkat dari 1,6 miliar jiwa di tahun 2010 dan akan meningkat drastis menjadi 2,2 miliar jiwa pada tahun 2030. []