Oleh: Nurul Aqidah
Ummu wa rabbatul bait, Bogor
nurulaqidahku@gmail.com
SETIAP melakukan suatu pekerjaan pasti akan selalu ada kendala yang menjadi hambatan, begitu pun dengan menulis. Walaupun tujuan menulis sudah tertancap dalam hati sebagai wasilah dakwah untuk menyampaikan kebenaran Islam. Tapi tetap saja kendala itu muncul, terlebih lagi bagi penulis pemula. Kendala bisa datang sebelum memulai menulis atau di saat kita sedang menulis. Hal ini menjadi tantangan sendiri yang harus dihadapi.
Kendala pertama adalah menghadapi rasa malas. Biasanya rasa malas ini berhubungan dengan lelah, letih, lesu dan suasana hati. Pada waktu tertentu sangat bersemangat menulis. Tapi di lain waktu, semangat itu menurun ketika rasa malas mulai menyerang.
Jika kita sudah meniatkan menulis sebagai salah satu amal yang akan menghantarkan pada pahala jariyah, seharusnya kondisi apapun tidak dijadikan alasan untuk tidak menulis. Kondisi badan bisa diibaratkan sebagai seorang kepala rumah tangga yang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Meskipun letih, lelah, lesu dan suasana hati sedang tidak enak, tetap harus berkerja sebagai bentuk kewajiban. Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
Begitu juga dengan menulis. Jika sudah menjadikan menulis sebagai sebuah kebutuhan, maka apapun kondisinya akan berusaha untuk dikerjakan sampai batas kemampuan kita tak bisa lagi menulis.
Rasa malas yang menghampiri dapat mengaburkan tujuan yang dimiliki oleh seorang penulis. Oleh karenanya, agar tujuan dalam menulis tercapai, maka rasa malas harus ditaklukkan terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah dengan berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat malas.
Rasulullah SAW biasa membaca doa: Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat. Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian. (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu segera mungkin buanglah rasa malas, terus fokus pada tujuan menulis dan jadikan menulis sebagai kebutuhan.
Kendala kedua adalah merasa tidak ada waktu untuk menulis. Seakan-akan sangat sulit mengalokasikan waktu untuk menulis. Jika kita sudah dilanda hal itu, maka kembalilah pada tujuan awal dalam menulis. Sehingga sesibuk apa pun, pasti akan selalu ada waktu untuk menulis.
Kendala waktu dalam menulis, sebenarnya bergantung pada keahlian kita mengaturnya. Sehingga carilah waktu yang paling baik yang memungkinkan kita untuk dapat menulis. Manfaatkan waktu luang sebaik mungkin dan jangan mengulur-ngulur waktu.
Jika perlu buat jadwal khusus untuk menulis. Luangkan waktu satu jam saja setiap hari untuk menulis. Atau cara lain yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menargetkan pembuatan tulisan dan tenggat waktunya. Misalnya membuat target 2 tulisan dalam tenggat waktu seminggu. Jika target terpenuhi, maka target selanjutnya harus ditingkatkan.
Ketika kita mempunyai target dalam menulis, maka sesibuk apa pun, akan menyempatkan untuk menulis demi terpenuhinya target.
Kendala ketiga adalah tidak percaya diri dalam menulis. Pikiran yang sering membuat penulis pemula tidak percaya diri adalah kekhawatiran tulisan tidak bagus, tulisannya berantakan, tidak enak dibaca, paragraf yang satu dengan yang lain kadang tidak nyambung, takut tulisannya tidak dimuat, takut kalau tulisannya tidak dibaca orang lain dan lain sebagainya.
Jika rasa tidak percaya diri ini berlarut-larut maka akan menghambat proses menulis. Sebaliknya, kalau rasa percaya diri terus dipupuk maka apapun pikiran-pikiran negatif itu tidak akan berpengaruh. Jadi, percaya diri adalah modal penting dalam memulai membuat sebuah tulisan.
Bagus atau tidaknya tulisan kita, salah satunya tergantung dari seberapa sering kita menulis atau berapa lama jam duduk yang sudah kita habiskan untuk menulis. Ibarat sebuah pisau, akan semakin tajam ketika sering diasah. Belajar menulis pun demikian, memerlukan pembiasaan. Maka biasakanlah menulis setiap hari meskipun hanya satu paragraf. Jangan sampai rasa tidak percaya diri menghentikan langkah kita untuk menulis. Terus berlatih dan meminta bantuan orang lain untuk mengoreksi tulisan kita.
Yakinlah, selama apa yang kita tulis adalah kebaikan Islam maka tidak perlu lagi ada rasa tidak percaya diri. Karena yang kita harapkan adalah bukan penilaian manusia, melainkan hanya mengharapkan ridho Allah.
Menulis adalah sarana untuk berdakwah menyampaikan Islam dan berbagi ilmu kepada masyarakat luas. Meskipun penulis sudah meninggal dunia namun karyanya tetap bisa dibaca dan memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga mampu menjadi pahala jariyah bagi penulis.
Maka kendala apapun yang dihadapi dalam menulis, tentunya akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari jalan keluar agar menghindari kendala tersebut. Sehingga tidak akan ada lagi alasan seperti saya mau menulis tapi saya malas, tapi tidak ada waktu, tapi belum percaya diri. Atau alasan seperti nanti saja menulis jika tidak malas, nanti saja menulis jika ada waktu, nanti saja menulis jika sudah percaya diri.
Dengan disertai kesabaran dan ketekunan dan hanya mengharap ridho Allah semata. Maka penulis tak akan mundur sebelum menghasilkan sebuah karya tulisan. Maka dari itu, menulislah tanpa tapi, menulislah tanpa nanti. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.