AGAMA Islam mengajarkan umatnya untuk selalu memperbanyak melakukan amal baik di manapun dan kapanpun. Jika muncul niat dalam hati dan pikiran untuk melakukan amal baik, sangat dianjurkan untuk tidak menunda-nundanya.
Syekh Ibnu Atha’illah dalam Kitab Al-Hikam menyampaikan bahwa menunda melakukan amal baik guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan jiwa.
BACA JUGA: 8 Amalan Sunnah di Hari Jumat
Mengutip terjemah Al-Hikam karya Ustaz Bahreisy, kebodohan jiwa yang dimaksud Syekh Ibnu Atha’illah bisa disebabkan beberapa hal. Pertama, karena mengutamakan duniawi. Padahal Allah SWT berfirman.
بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ
Artinya, “Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.” (QS Al-A’la: 16-17)
Kedua, menunda melakukan amal kebaikan karena ia tidak tahu apakah di masa yang akan datang masih ada kesempatan melakukan amal baik, padahal mungkin juga ajal lebih dulu datang kepadanya sebelum ia sempat melakukan amal kebaikan.
Ketiga, kemungkinan azzam atau kebulatan tekad, niat dan hasrat untuk melakukan amal kebaikan menjadi lemah dan mengubah rencananya melakukan amal kebaikan.
Ustaz Bahreisy mengatakan bahwa jangan menunda sampai besok apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat berharga maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat.Banyak orang yang sering menunda amal saleh hanya karena beberapa alasan.
Mau bersedekah, ditunda sampai tabungan banyak. Mau salat dzuhur, masih menunggu waktu yang mendekati salat ashar. Dan banyak lagi contoh sehari-hari yang sepertinya sepele, namun tidak baik jika dipelihara seterusnya.
Bukankah Rasulullah SAW berpesan kepada kita untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya? Imam Muslim meriwayatkan dalam hadisnya.
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersegeralah beramal, sebelum datang fitna (ujian, godaan, keadaan genting yang sulit membedakan antara yang haq dengan yang batil-pen) laksana lipatan malam yang gelap, pada pagi hari seorang menjadi seorang yang beriman dan di sore hari menjadi seorang yang kafir atau sore hari menjadi seorang yang beriman dan pagi hari menjadi seorang yang kafir, (karena) ia menjual agamanya (hanya) dengan sebagian dari dunia.” (HR. Muslim)
Sifat menunda hanya akan membawa kerugian pada diri kita di dunia. Dan penyesalan jauh lebih dalam nantinya di akhirat. Karena jika kita renungkan lebih dalam, bahwa kematian tidak akan pernah bisa ditunda, ia datang kapan saja. Bayangkan jika kita mati dalam keadaan belum melakukan kebaikan apapun, karena selama ini hidup kita penuh dengan menunda-nunda.
Ibnu Athaillah As-Sakandari menyatakan dalam karyanya kitab al-Hikam bahwa penundaan dalam beramal adalah simbol dari kebodohan seseorang. Kebodohan yang mempengaruhi jiwanya dalam mengarungi hidup ini. Disebut bodoh karena ia telah menunda amalnya dengan menunggu waktu luang, padahal bisa jadi dalam menunggu waktu luangnya itu ajal menjemputnya. Atau bisa saja justru kesibukannya semakin bertambah karena yang namanya kesibukan dunia akan terus menumpuk karena selalu berkaitan antara satu dengan lainnya.
Bahkan sering terjadi pula di saat mendapatkan waktu luang, justru tekatnya melemah karena terhanyut godaan dunia lainnya. Oleh karena itu sepatutnya segera bangkit melakukan amal-amal yang bermanfaat dan mendekatkan diri pada Allah sebelum terlambat. Bukankah Allah sudah mengingatkan dalam QS Al-Fajr: 23-24
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Artinya: Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”
BACA JUGA: Ini Amalan Lelaki yang 3 Kali Disebut Rasulullah ﷺ sebagai Ahli Surga
Dari ayat tersebut terlihat bahwa akan ada suatu golongan yang menyesal hanya karena kebiasaan menunda dalam beramal kebaikan. Sikap yang seperti itu bisa disebut dengan At-Taswif (menunda kebaikan).
Penyakit yang berbahaya yang sengaja digunakan iblis dalam menghadang manusia untuk taat dan bertaubat kepada Allah. Sebagaimana tersirat dalam QS Al-Hadid: 14 bahwa manusia yang menunggu dan ragu-ragu serta tertipu oleh angan-angan kosong adalah mereka yang tertipu oleh iblis. []
SUMBER: BINCANG SYARIAH