Menunggu Waktu Luang

DI antara kita tidak sedikit, ketika ditanya, “Pak, kapan bisa menjadi pengurus masjid?”, jawabnya, “Nanti kalau sudah pensiun, mas…”

Kasihan masjid dan musholla, kita berikan kepadanya waktu waktu sisa. Kenapa kita tidak berikan waktu produktif kita untuk Allah?

Ada juga ketika ditanya kenapa tidak hadir pengajian? “Afwan, saya lagi sibuk ngurus bisnis!”, bukankah ngaji itu berbisnis dengan Allah? Jawaban seperti ini mengesankan bahwa kegiatan keagamaan itu menghalangi aktivitas kita.

ArtikelTerkait

Penjajah Zionis Israel Sangat Rentan Ditinggalkan Warganya

Zionis Israel Mencontek Genosida oleh Eropa di Benua Amerika dan Australia

Prinsip Aisyah dan Umar bin Abdul Aziz dalam Memerangi Bidah

Rakyat Palestina Berjuang dengan Diam

Janganlah menjadikan dakwah sebagai tameng dan alasan akan kegagalan aktivitas kita. Jangan jangan itu hanya karena kita yang tidak bisa me-manage waktu dengan baik.

Tak sedikit mereka yang sukses aktivitas dunianya, karena menyibukkan diri dengan dakwah dan tarbiyah.

Dalwah dan dunia adalah seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Meninggalkan dakwah, pengajian, masjid karena ingin sukses itu sangat salah, dengan begitu kesuksesan akan meninggalkanmu.

Kaya, berhasil tanpa ngaji adalah kegagalan.

Untuk urusan Allah dan akhirat, kita sering menunggu waktu kosong, padahal waktu nggak pernah kosong.

Imam syahid Hasan Albanna mengatakan, “Kewajiban itu lebih banyak dari waktu yang tersedia.”

Tetapi untuk urusan kamar mandi, buang air besar dan buang air kecil, kita nggak pernah bilang bahwa kita ngak punya waktu, pasti kita akan melesat secepat kilat dan meninggalkan seluruh aktivitas kita, betapapun aktivitas itu sangat penting.