• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 11 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Opini

Menyelamatkan Keluarga Saat di Ujung Prahara

Oleh Rifki M Firdaus
6 tahun lalu
in Opini
Waktu Baca: 5 menit baca
A A
0
Foto hanya ilustrasi. Sumber: The Fishbowl Network

Foto hanya ilustrasi. Sumber: The Fishbowl Network

0
BAGIKAN

Oleh: Zahida Ummu Sausan
Pemerhati Anak dan Keluarga

KRISIS keluarga sakinah melanda kehidupan kaum muslimin. Dahulu keluarga adalah tempat terindah dan ternyaman untuk melepas semua hiruk-pikuk kehidupan. Kini keluarga dianggap belenggu dan beban yang menghalangi kebebasan, hingga lebih nyaman di luaran daripada di rumah.

Fenomena ini sungguh membuat miris. Perceraian yang dulu masih tabu untuk diketahui, sekarang begitu menyeruak. Pengaruh kehidupan sekuler, hedonisme dan liberalis telah menggerus nilai-nilai Islam dari kehidupan. Termasuk dalam urusan rumah tangga, akhir-akhir ini banyak kita jumpai masalah disorganisasi keluarga, di antaranya adalah perceraian.

Kasus perceraian sudah sangat mengkhawatirkan. Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof Muhammadiyah Amin mengatakan bahwa pada 2017 lalu angka perceraian juga masih terhitung tinggi, “walaupun datanya belum ada,tapi kalau data tahun 2016 sebesar 350 ribuan”, ujar Muhammadiyah. Berdasarkan data dari Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung pada periode 2014-2016 perceraian di Indonesia trennya memang meningkat. Dari 344.237 perceraian pada 2014 naik menjadi 365.633 perceraian di tahun 2016. Rata-rata angka perceraian naik 3% per tahunnya.

ArtikelTerkait

Leasing, Benarkah Mengandung Praktik Riba?

Ihwal Perilaku Shadenfreude

5 Penyebab Susah Cari Kerja di Zaman Ini

Penyebab “Setrum” antara Pria dan Wanita Makin Tinggi

Jika dicermati akan didapati beberapa sebab pemicu perceraian diantaranya:

1) Tujuan mendasar membentuk keluarga belum difahami.

Sebagian pasangan hanya menikah dengan bermodal cinta, tidak disertai dengan bekal ilmu yang cukup untuk menjalani kehidupan pernikahan. Akibatnya ketika dilanda sedikit goncangan yang terpikir adalah mengambil jalan pintas; cerai.

Padahal sebagai sebuah ibadah pernikahan memiliki tujuan mulia. Memahami tujuan itu sangatlah penting guna menghindarkan pernikahan berlayar tak tentu arah yang akan membuatnya sia-sia tak bermakna. Tujuan itu adalah mewujudkan mawaddah dan rahmah,yakni terjadinya cinta kasih dan tergapainya ketentraman hati/sakinah (QS ar-Rum;21), melanjutkan keturunan dan menghindarkan dosa, mempererat silaturahmi, sebagai sarana da’wah dan menggapai mardhotillah.

Jika tujuan pernikahan yang sebenarnya difahami dengan, InsyaaAllah akan lebih mudah meraih keluarga sakinah. Konflik-konflik yang berkepanjangan akan terhindari. Ketika pasangan suami-istri satu pemahaman dalam memandang tujuan pernikahan sesungguhnya hal ini akan menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan.

2) Ketimpangan dalam persoalan hak dan kewajiban

Islam memandang pernikahan sebagai perjanjian yang berat (mitsaqan ghalidza, QS an-Nisa;21) yang menuntut setiap orang yang terikat di dalamnya untuk memenuhi hak dan kewajibannya.

Islam mengatur dengan sangat jelas hak dan kewajiban suami-istri, orangtua dan anak-anak serta hubungan dengan keluarga yang lain. Islam memandang setiap anggota keluarga sebagai pemimpin dalam kedudukannya masing-masing.

Advertisements

Rasullah bersabda: ”Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah dipercayakan kepadanya…Seorang ayah bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya. Seorang ibu bertanggungjawab atas rumah dan anak suaminya serta akan dimintai pertanggungjawaban atasnya.” (HR al –Bukhori dan Muslim).

Pernikahan dalam Islam bukan hanya berdimensi duniawi, tetapi juga ukhrawi. Dengan kata lain pernikahan haruslah dipandang sebagai bagian dari amal salih untuk menciptakan pahala sebanyak-banyaknya, dalam kedudukan masing-masing melalui pelaksanaan hak dan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

3) Fungsi keluarga terabaikan

Islam mengajarkan prinsif keadilan dalam membina keluarga. Dalam hal ini, adil berati meletakan fungsi-fungsi keluarga secara memadai. Islam meletakan fungsi keagamaan(ibadah dan amal sholih) sebagai fungsi paling penting dalam keluarga.

Bersumber dari fungsi keagamaan inilah keluarga menghidupkan fungsi reproduksi, edukasi, perlindungan dan kasih sayang. Fungsi ekonomi, sosial rekreatif akan tumbuh sendiri jika fungsi-fungsi yang disebut sebelumnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

BERSAMBUNG ke halaman selanjutnya…

4) Kebahagiaan yang tidak dirasakan

Keluarga sakinah adalah keluarga dengan enam kebahagiaan yang lahir dari usaha keras pasanagan suami istri dalam memenuhi semua hak dan kewajiban, baik kewajiban perorangan maupun kewajiban bersama. Amat jelas bagaimana Allah dan Rasul-Nya menuntun kita mencapai setiap kebahagian itu.

Enam kebahagian yang dimaksud adalah kebahagiaan finansial, seksual, intelektual, moral, spiritual dan ideologis. Mana dari enam kebahagiaan itu yang utama? semuanya tergantung persepsi atau kerangka pandang dan pemahaman pasangan suami-istri.

Keluarga Rasulullah dibangun dalam kerangka perjuangan. Inilah keluarga teladan dengan kebahagiaan ideologis. Namun berdasarkan riwayat -riwayat yang sangat jelas Rasulullah mampu menciptakan bagi keluargannya kebahagiaan intelektual,moral, spiritual,bahkan pula seksual.

Sangatlah penting bagi para pasangan untuk menyiapkan pernikahannya dengan baik sehingga dapat mengantisipasi badai yang akan menerpa dan pada saat hal tersebut terjadi dapat diatasi dengan baik.

Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihkan dalam keluarga. Islam memerintahkan kepada suami-istri agar bergaul dengan cara yang baik serta mendorong mereka untuk bersabar dengan keadaan masing-masing pasangan. Sebab boleh jadi di dalamnya terdapat kebaikan-kebaikan.

Dalam Al Qur’an Allah berfirman yang artinya: “Bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah), karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu,padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS an-Nisa: 19).

Selanjutnya sangat penting menjaga pintu dialog. Dialog dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan psikis. Kadang masalah muncul bukan karena tidak ada kecocokan pada kedua belah pihak, melainkan karena sangat kurangnya kesempatan bagi keduanya untuk berbincang-bincang. Boleh jadi hanya dengan dialog persoalan yang kelihatannya sulit akan mampu terpecahkan. Disinilah dibutuhkan komunikasi yang baik antar suami-istri.

Untuk membangun komunikasi yang baik, pasangan harus menyadari bahwa mereka merupakan dua pribadi yang unik dan berbeda. Pasangan tidak akan pernah bisa membangun sebuah kesamaan tanpa menyadari atau mengenali perbedaan yang ada. Mereka mungkin menyadari bahwa mereka berbeda,namun tidak tahu bagaimana cara menjembatani perbedaan yang ada dengan bijaksana sehingga konflik pun tak bisa dihindarkan lagi.

Jika konflik suami-istri memang sudah tidak mampu diatasi berdua, sementara keadaan semakin runcing maka kehadiran pihak ketiga sebagai penengah sangat diperlukan.

“Jika kalian khawatir ada persengketaan diantara keduanya,maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi Taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Mahatahu lagi Maha Mengenal (QS an-Nisa: 35).

Jika memang perceraian merupakan pilihan satu-satunya maka ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Diantaranya kehormatan masing-masing tetap harus terjaga. Hak-hak anak setelah orangtua berpisah tetap harus terpenuhi. Yang sering membawa kerusakan hubungan silaturahmi antara keluarga mantan suami atau istri bukanlah perceraian itu, tetapi sikap saling menyalahkan. Bahkan kadang keluar perkataan yang merusak kehormatan mantan suami atau istri.

Sesungguhnya setelah perceraian terjadi, masing-masing sudah tidak ada ikatan apa-apa lagi. Jadi mengapa juga mesti mengurusi orang yang sudah bukan suami atau istrinya lagi?

Perceraian sering berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk didalamnya anak-anak. Hak anak dalam persoalan nafkah dan kasih sayang tetap harus terpenuhi walau kedua orangtuanya telah bercerai. Pada umumnya orangtua yang bercerai akan lebih siap menghadapi perceraian daripada anak-anak mereka. Hal ini terjadi karena biasanya perceraian sudah didahului dengan proses berfikir dan pertimbangan yang panjang sehingga ada persiapan mental dan fisik. Tidak demikian dengan anak-anak. Mereka tiba-tiba harus menerima keputusan tanpa sebelumnya memiliki ide dan bayangan bahwa hidup mereka akan berubah.

Begitu perceraian terjadi segeralah anak diberitahu bahwa akan terjadi perubahan dalam hidupnya. Misal tentang tidak akan tinggal lagi bersama tetapi hanya dengan salah satu orangtua. Usahakan tetap menjadi tempat anak untuk mendapatkan kasih sayang. Yakinkan anak bahwa sekalipun orangtuanya berpisah mereka akan tetap mencintai anak. Jalin hubungan dengan anak melalui telepon atau saling berkunjung,karena sesungguhnya tidak yang namanya bekas anak atau bekas orangtua.

Sesungguhnya pernikahan diselenggarakan dalam rangka membentuk keluarga sakinah yang akan memberikan ketenangan pada semua anggotanya. Jika dalam kehidupan pernikahan muncul persoalan yang dapat mengganggu keluarga hingga batas yang tidak mungkin dipertahankan keutuhannya maka harus ada jalan keluar bagi kedua belah pihak untuk berpisah.

Namun patut direnungkan bahwa perceraian, meskipun halal (dengan sebab tertentu), merupakan hal yang sangat dibenci Allah. Perceraian adalah salah satu misi terbesar iblis. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim, dikisahkan bahwa berbagai macam upaya pasukannya menggoda manusia ditanggapi dingin oleh Iblis. Namun, ketika ada pasukannya yang melaporkan bahwa ia telah berhasil membuat suami istri bercerai, Iblis pun mendekati pasukannya itu dan memujinya.

إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ – قَالَ – فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ

Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian dia mengirimkan pasukannya. Maka yang paling dekat kepadanya ialah yang paling besar fitnahnya. Lalu datanglah salah seorang pasukannya melapor, “aku telah melakukan ini dan itu.” Iblis menjawab, “kamu belum berbuat apa-apa.” Lalu datanglah pasukan lain melapor, “aku tidak membiarkannya hingga aku menceraikan dia dan istrinya”. Iblis pun mendekat kepada pasukan itu dan memujinya, “bagus”. (HR. Muslim)

Hendaklah hadits ini menjadi bahan renungan kita semua untuk menguatkan keluarga kita. Bahwa Iblis dan pasukannya memang tidak tinggal diam saat keluarga kita harmonis, saat keluarga kita bahagia, saat keluarga kita menggapai sakinah, mawaddah wa rahmah. Dengan segala cara, Iblis dan pasukannya berupaya agar keluarga kita yang harmonis menjadi kacau.

Dengan berbagai metode, Iblis dan pasukannya berupaya agar keluarga kita yang tentram dan bahagia menjadi berselisih dan saling menderita. Dengan beragam tipudaya, Iblis dan pasukannya berupaya agar keluarga kita pecah dan porak poranda.

Jika prahara-prahara begitu keras menghantam bahtera rumah tangga,pasangan telah berupaya memperbaiki namun tak kunjung ada secercah harapan. Maka dalam kondisi seperti ini, masing-masing pihak tidak harus memaksakan diri untuk mempertahankan ikatan pernikahan yang sudah diliputi dengan perselisihkan terus menerus atau bahkan mungkin juga kebencian. Sebagaimana Allah telah mensyaratkan pernikahan, Allah juga mensyariatkan adanya perceraian (talak). Perceraian sebagai solusi boleh dilakukan tetapi dengan cara yang ma’ruf dan benar agar tidak memunculkan masalah baru. Wallahu’alam. []

OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.

Tags: Prahararumah tangga
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kartun Nussa Bikin Kontes Video Kreatif, Minat?

Next Post

Ini Beberapa Fakta terkait Penemuan 11 Mayat di Selat Malaka

Rifki M Firdaus

Rifki M Firdaus

Terkait Posts

Leasing

Leasing, Benarkah Mengandung Praktik Riba?

23 April 2025
Musailamah al-Kazzab, Tipe Manusia di Akhir Zaman, ibadah, Sifat Sumber Dosa, Orang yang Tidak Diajak Bicara Allah, Paradoks, syahwat, Muhammadiyah, InsyaAllah, takdir, Nasihat Ibnul Qayyim, Hisab, Buruk, Keutamaan Tauhid, Macam Cemburu, Tauhid, sumpah palsu, Politik, Fitnah, Perkara Akhir Zaman, dosa, pengangguran, Maksiat, Sebab Murtad, Larangan, Maksiat, Jiwa, Ulama, Musuh, Dosa Besar, Kaum Khawarij, Cara Rasulullah Redakan Amarah,Kemaksiatan, Dosa Besar, Rasulullah, Kejahatan Abu Lahab, Bahaya Hasad, Perkara yang Mendatangkan Keburukan, Dampak Buruk Maksiat, Shadenfreude, Ciri Penjilat di Dunia Kerja, Suami yang Ringan Tangan

Ihwal Perilaku Shadenfreude

15 April 2025
Pahala Orang yang Menahan Marah, Hasad, Penyebab Susah Cari Kerja

5 Penyebab Susah Cari Kerja di Zaman Ini

19 Februari 2025
Taaruf, Setrum, Rasulullah

Penyebab “Setrum” antara Pria dan Wanita Makin Tinggi

12 Februari 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Pakistan

Doa Terbaik untuk Muslim Pakistan dan India

Oleh Saad Saefullah
11 Mei 2025
0

Penyebab Suhu di Indonesia

Penyebab Suhu di Indonesia yang Panas Banget, Capai 37 Derajat!

Oleh Dini Koswarini
11 Mei 2025
0

jantung

8 Cara Mengetahui Gejala Penyakit Jantung Sejak Dini

Oleh Yudi
11 Mei 2025
0

suami

8 Cara Istri agar Suami Mau Shalat Berjamaah 5 Waktu ke Masjid

Oleh Yudi
11 Mei 2025
0

Yahudi

Perang Khandak dan Badai Al-Aqsa, Pecah Kongsinya Yahudi

Oleh Saad Saefullah
11 Mei 2025
0

Terpopuler

Bahaya Sarung Bantal yang Jarang Dicuci: Ancaman Tersembunyi di Tempat Tidur

Oleh Yudi
10 Mei 2025
0
bantal

Tidur di atas sarung bantal kotor bisa membuat rambut lebih mudah berminyak, kusam, dan bahkan rontok karena gesekan dan kontaminasi.

Lihat LebihDetails

Saat Kita Tidur, Ruh Pergi Kemana?

Oleh Eva F Hasan
2 Juni 2024
1
Zikir Menjelang Tidur, Penghambat Rezeki, Malaikat yang Mendatangi Orang Sakit, Penyakit Akibat Tidur Pagi Hari, Tidur di Waktu Pagi, Hal tentang Mimpi Buruk, Mimpi dalam Islam

Jika dikatakan mati sementara, lantas kemanakah perginya ruh manusia saat tidur?

Lihat LebihDetails

7 Penyebab Banyak Gadis Sudah Tidak Perawan di Zaman Sekarang

Oleh Yudi
9 Mei 2025
0
perawan

Salah satu fenomena yang sering diperbincangkan adalah banyaknya gadis yang tidak lagi perawan sebelum menikah.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Qailulah, Sunnah Nabi yang Banyak Manfaatnya

Oleh Saad Saefullah
26 Januari 2017
0
Foto: Lifehack

Namun jika tidur siang lebih dari 30 menit, justru malah bisa mendatangkan masalah.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.