MENULIS adalah bagian aktualisasi diri atau wujud gharizah baqa sebagai manusia. Menulis tidak hanya dilakukan oleh anak muda saja, tua pun tidak masalah. Malah akan lebih bagus jika didukung oleh berbagai kalangan ataupun usia.
Generasi Islam dulu begitu antusias menulis kitab hingga melupakan kesenangan dunia. Tokoh –tokoh yang kita kenal dikalangan penulis zaman dulu ada Imam Bukhari yang menyibukkan dirinya menulis hadits shahih dan menghimpunnya dalam satu kitab.
Dengan mengabaikan keinginannya sendiri untuk menikah hingga akhirnya tinta sejarah mencatat Imam Bukhari sampai akhir hayatnya tidak sempat menikah.
Baginya, menghimpun hadits-hadits shahih yang diperuntukkan bagi umat, jauh lebih penting daripada menikah yang hanya untuk kepentingan sendiri.
Lain lagi dengan penulis di level dunia saat ini seperti Dan Brown, JK. Rowling, Aidh Al-Qarni, Andrea Hirata, Habiburrahman, Asma Nadia dan tukang komik seperti Stan Lee. Mereka yang bergelut di tulisan memperjuangkan hak dalam menjalani kehidupan yang lebih baik dan hidupnya direlakan untuk menulis.
Pada tabi’atnya, muslim juga punya kewajiban jadi penyeru. Tentu yang diserukan itu adalah Islam.
Namun kondisi kini yang sudah jauh dari Islam sehingga perlu kita perbaiki dengan mengajak mereka memahami Islam dengan benar melalui tulisan yang kita buat. Kini seiring berjalannya waktu dakwah sudah punya media opini yang dikelola secara professional.
Ini menjadi parameter dakwah Islam menjadi lebih baik lagi. Dengan sudah mudahnya jalan dakwah mudah-mudahan menjadi semangat terbaik dalam memerangi kekufuran dan kemunkaran. []
Sumber: Majalah D’Rise edisi 19 tahun 2012