Oleh: Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA
Dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta & Sekjen IKADI
SAAT ini keadaan masyarakat dunia sedang dihebohkan oleh musibah wabah Covid-19 atau Virus Corona yang penyebarannya sangat cepat, luas dan menjangkau hampir seluruh dunia.
Sikap seorang muslim dalam menghadapi musibah, termasuk wabah virus corona, sesungguhnya telah diajarkan oleh Islam, baik itu dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah SAW, di antaranya adalah:
1. Mengimani bahwa musibah apa pun yang terjadi semuanya dengan izin Allah dan mengedepankan husnuzhzhan (berbaik sangka) kepada Allah SWT.
Allah Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghobun:11)
Karena itu, tidak boleh ada seorang pun yang su’uzhzhan (berburuk sangka) kepada Allah. Selalulah husnuzhzhan (berbaik sangka) kepada Allah, bahwa Allah pasti punya rencana baik buat para hamba-Nya melalui wabah virus Corona ini. Jangankan virus yang dahsyat dan cepat penularannya ini, daun yang jatuh dari pepohonan pun, terjadi dengan izin Allah SWT.
2. Orang yang beriman mampu menghadapi musibah dan mengelola sikap dengan baik dan benar.
Keadaan seorang muslim sungguh ajaib, mengagumkan, ketika diuji, baik dengan ujian kesenangan maupun ujian kesulitan, mampu menyikapinya dengan baik dan benar.
Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan maka ia bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut. Tetapi ketika ia ditimpa musibah, maka ia akan bersabar.
Rasulullah SAW bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 7692)
3. Menjadikan musibah sebagai wasilah (sarana) untuk muhasabah (evaluasi dan introspeksi diri).
Musibah apapun yg menimpa kehidupan manusia, tidak bisa lepas, sesungguhnya ada kontribusi kemaksiatan dan kezhaliman manusia. Penindasan, pelanggaran HAM, perilaku koruptif dan segala bentuk kemungkaran serta kemaksiatan dapat memicu munculnya bencana dan musibah, termasuk wabah virus corona.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syura:30)
Musibah dan wabah penyakit yang dirasakan di banyak belahan bumi Allah ini, harusnya menjadi peringatan, supaya manusia melakukan muhasabah, evaluasi dan instrospeksi diri dan kembali ke jalan Allah. Di balik musibah, sesungguhnya ada kekuatan yang maha dahsyat. Yaitu kekuatan dan keMahaKuasaan Allah. Tidak boleh lagi, ada yang merasa paling kuat dan paling hebat. Tidak boleh lagi, ada kesombongan dan kedurjanaan. Buktinya, negara yang paling kuat pertahanan militernya, tidak dapat menghalangi virus corona. Negara yang paling canggih teknologi nya sekalipun tidak dapat menghadang penyebaran virus corona. Dan negara yang paling kaya dan kuat finansialnya pun tidak dapat mencegah masuknya virus corona. Maka, Allah ingatkan melalui tentara-Nya bernama virus corona ini, agar jangan ada lagi yang merasa ‘sok’ hebat dan kuat, sombong dan takabbur. Justru, ini momentum untuk kembali ke jalan yang benar. Inilah saat yang tepat untuk beristighfar dan bertaubat.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum:41)
Taubat dan istighfar dapat mengangkat wabah dan musibah dan merubahnya menjadi sesuatu yang berkah. Merubah ujian menjadi pujian. Allah SWT berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارا
“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12).
4. Mengambil ikhtiar, supaya terhindar dari wabah virus corona
Islam mewajibkan setiap muslim untuk berikhtiar dengan berusaha sekuat tenaga supaya terhindar dari wabah virus corona. Misalnya dengan menjalankan Pola Hidup Islami (PHI), dengan membiasakan cuci tangan, menghindari kontak fisik, menjauhi kerumunan orang banyak, social distancing, dan memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Sebab, kebersihan merupakan bagian dari iman.
Selanjutnya dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh dengan olah raga dan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk meningkatkan imunitas dan mencegah penularan virus corona.
Rasulullah SAW bersabda:
اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan” (HR Muslim, no. 2664).
5. Meneladani sikap Rasul dan sahabat dalam menghadapi wabah
Isolasi terkait pencegahan suatu wabah ternyata pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi wabah penyakit kusta yang menular dan mematikan, belum diketahui obatnya. Nabi SAW memerintahkan untuk tidak mendekat orang yang sakit kusta, sebagaimana sabdanya,
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
“Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa” (HR. Muslim, no. 5380).
Ini adalah bentuk metode isolasi dan karantina yang populer sekarang.
Jika ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit wabah penyakit, yang dikenal dulu dengan istilah Tha’un, maka Nabi SAW memerintahkan untuk menjauhi wilayah dan negara tersebut, sebagaimana sabdanya,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari, no. 5728 dan Muslim, no. 2218).
Di zaman Khalifah Umar bin Khattab RA juga pernah ada wabah penyakit. Khalifah Umar RA sedang dalam perjalanan ke Syam lalu ia mendapatkan kabar tentang wabah penyakit. Atas dasar hadits Rasul SAW yang disampaikan oleh Abdurrahman bin Auf RA, maka Khalifah Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan.
Sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah RA yang ada dalam rombongan tersebut sempat semacam protes tidak setuju dengan mengatakan, “Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?”. Lalu Khalifah Umar RA menjawab, ” Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah (yang lain)” (Lihat HR Muslim, no. 4114)
6. Membentengi diri dengan dzikir dan do’a
Adanya isolasi dan anjuran berdiam di rumah, bekerja dan beribadah di rumah, seharusnya merupakan kesempatan emas untuk belajar lebih banyak tentang agama, dan kesempatan untuk lebih banyak beribadah kepada Allah.
Setelah melakukan ikhtiar secara fisik, selanjutnya wajib melakukan ikhtiar batin dengan membentengi diri kita dengan dzikir, do’a dan bertawakal kepada Allah.
Diantara dzikir dan do’a yang diajarkan Rasulullah SAW adalah,
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“(Aku berlindung) dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Nabi SAW menjanjikan, barangsiapa membaca dzikir ini setiap pagi dan sore tiga kali, “tidak akan ada apa pun yang membahayakannya” (HR Abu Dawud, no. 5088, dan Tirmidzi, no. 3388 dan Imam Tirmidzi menilainya sebagai hadits hasan shahih).
Termasuk memanjatkan doa secara khusus memohon perlindungan kepada Allah dari wabah virus corona dan penyakit menular lainnya, seperti do’a Rasulullah SAW berikut,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari penyakit lain yang mengerikan.” (HR Abu Dawud, no. 1554, dan di shahih kan oleh Syekh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud, V/276 dan dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, no. 1281).
Sesungguhnya dari musibah-musibah yang terjadi pada manusia, ada musibah besar yang harusnya jauh lebih diwaspadai dan ditakuti, yaitu musibah yang menimpa agama. Musibah dalam agama terjadi ketika seseorang jauh dari Allah SWT, tidak melaksanakan perintahNya dan melakukan kemaksiatan dan dosa yang mengundang murka Allah, termasuk murtad dari agama Allah, na’udzu billahi min dzalik, semoga Allah jauhkan kita semua darinya. Amin. []
SUMBER: IKADI