Oleh: Nurina P. Sari,
Pengasuh MT Al-Husna
Rangkapan Jaya, Kota Depok
nurinaps@protonmail.com
KITA tahu bahwa Dunia saat ini sedang berjibaku untuk mengatasi wabah virus Covid-19. Virus kecil tak kasat mata namun mampu meluluhlantakkan 180 negara. Menewaskan ribuan orang di dunia. Mengacaukan pertahanan dan keamanan negara adidaya.
Bahkan,virus inilah yang menjadi satu-satunya penyebab yang mampu mengunci Masjidil Haram, Jerusalem,dan Vatikan bersamaan sejauh sejarah panjang manusia.
“Ngapain juga takut sama virus Corona? Virus Corona makhluk Allah. Udah ngapain sih dirumah terus?”
“Kalau udah mati sih mati aja. Ga usah lebay menghadapi virus Corona. Santuy aja”
Beberapa sikap yang kurang lebih sama juga keluar dari lisan-lisan manusia yang belum terdudukkan pemahamannya dengan benar. Inilah akibat jika memahami tawakkal dan ikhtiar masih setengah-setengah. Atau sempurna mengimani tawakkal,tapi cenderung meremehkan urusan ikhtiar.
Tawakkal memiliki ranah sendiri. Ikhtiar pun memiliki ranah yang lain. Walaupun begitu, antara tawakkal dan ikhtiar keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
Kita wajib tawakkal dan menyerahkan sepenuhnya urusan kita kepada Allah , dan kita yakin hanya Allah yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat. Namun janganlah beretorika dengan berlindung dibalik “tawakkal”, untuk menolak pentingnya sikap waspada dan hati-hati terhadap penyebaran wabah. Menghindar dari wabah penyakit yang berbahaya adalah kewajiban syariat dan haram hukumnya kita menjatuhkan diri pada kebinasaan.
Dalam hal tawakkal, kita harus belajar dari kisah salah seorang sahabat Rasulullah yang meninggalkan tali kekang untanya terlepas begitu saja, tanpa diikatkan di sebuah batu saat ia memasuki masjid Nabawi untuk beribadah.
Lantas Rasulullah Saw menegurnya, “Kenapa tidak kau ikat untamu itu?!”
Dia menjawab: “Aku serahkan untaku pada Allah, ya Rasulullah! Jika Allah menghendaki-Nya dia tetap ada bersamaku. Tapi jika Allah Swt menghendakinya hilang, maka dia hilang dariku!”
Rasulullah tersenyum. “Bukan begitu caranya!”
Nabi Saw lantas mengajarkan ikhtiar dengan cara memintanya mengikat untanya, lantas Nabi Saw bersabda: “Sekarang barulah engkau bertawakkal dan serahkan semuanya pada Allah!”
Beginilah ajaran Rasulullah dalam bertawakkal dan berikhtiar yang sesuai sunnah dan ajaran Islam. Jika pun semua ikhtiar dan tawakkal sudah sepenuhnya dilaksanakan secara maksimal, namun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, barulah kita bicara soal takdir. Bukan takdir tanpa ikhtiar dan tanpa tawakkal, bukan yang seperti itu ya.
Sedangkan wabah virus Covid-19 yang kini menimpa umat manusia, tak lagi pandang apakah dia ahli ibadah atau ahli maksiat, negeri islam atau negeri kufur, kita pahami bahwa wabah virus Covid-19 itu taqdir yanag merupakan ketetapan Allah dan tak bisa dihindari. Taqdir yang bukan dalam ranah manusia. Melainkan Hak Prerogratif Allah SWT yang berada diluar kekuasaan kita.
Sedang apa yang kita lakukan serta konsekuensinya, itu taqdir yang bisa dipilih, yang bisa kita usahkan. Sehingga tak akan kita ditanya di Yaumul Hisab, “Kenapa kamu mati karena Virus Corona?” , melainkan “Apa yang sudah kamu lakukan dalam menyikapi dan menghadapi virus Corona?”.
Jadi, apa ikhtiar yang mampu kita lakukan menyikapi wabah ini?
Pertama, jauhi tempat-tempat keramaian dan kerumunan orang. Jangan ke bioskop, tempat wisata, mall, dll, yang secara umum kita tidak berhajat ke sana. Ke pasar dan semisalnya pun, jika kita ada hajat, kita lakukan seminimal mungkin, tak perlu berlama-lama, jaga jarak. Walaupun tentu lebih utama berdiam diri di rumah saja.
Rajin cuci tangan dengan sabun dan air. Serta menyuplai nutrisi terbaik dengan makanan bergizi agar tubuh kita terjaga imunitasnya.
Kalaupun ingin sholat berjamaah ke Masjid tergantung situasi dan kondisi,sebagaimana dirincikan dalam fatwa MUI.Jika memang memilih tidak shalat ke masjid, di rumah juga bisa berjamaah, jadi fadhilah shalat berjamaah tak hilang.
Jika akhirnya sakit juga? Qaddarallah, itu berarti taqdir terbaik dari Allah ta’ala. Kita lakukan berdoa dan memohon kesembuhan dari Allah ta’ala, karena Allah ta’ala lah yang menyembuhkan semua penyakit. Serta berobat ke Dokter dan menuruti saran ahli kesehatan medis.
Kita berikhtiar maksimal untuk menghindari penyakit menular lagi mematikan, bukan karena kita takut mati. Namun karena Rasulullah memerintahkannya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari jalur Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Hindarilah orang yang terkena lepra seperti halnya kalian menghindari seekor singa.”
Hikmahnya, agar kita sebagai hamba yang tak punya cukup bekal untuk mati ini, bisa hidup lebih lama bukan untuk bermain-main, melainkan untuk memperbanyak amalan shalih kita sendiri. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word