Oleh: Jonriah Jonru Ukur
SEORANG istri merasa sangat benci pada ibu mertuanya. Mereka sering terlibat konflik. Dan karena merasa sudah tidak kuat, suatu hari si istri mendatangi seorang tabib terkenal.
“Tolong buatkan ramuan manjur yang bisa mematikan ibu mertua saya. Tapi saya ingin dilakukan dengan cara yang sangat halus, sehingga tak ada orang yang akan curiga.”
“Baiklah, tunggu sebentar,” sahut sang tabib. Dia masuk ke dalam rumahnya. Sekitar 30 menit kemudian, dia kembali dan duduk di depan si istri.
“Ramuan ini sangat manjur,” ujarnya. “Berilah pada ibu mertuamu, sehari tiga kali. Jangan lupa untuk menjaga sikap di depannya. Berpura-puralah baik hati padanya, agar dia tidak curiga bahwa kamu masih membencinya. Di hari ke-30 setelah minum ramuan ini, dia akan mati.”
Si istri mengucapkan terima kasih. Dia pulang ke rumah dengan perasaan sangat gembira.
Sesampai di rumah, dia menjalankan perintah si tabib. Dengan sabar dia berpura-pura baik kepada ibu mertuanya. Diberikannya ramuan itu dengan sangat telaten. Dikatakannya bahwa itu adalah obat yang akan menyembuhkan penyakit ibu mertuanya.
Hari demi hari berlalu. Ibu mertua yang awalnya bersikap buruk pada si istri, secara perlahan mulai jadi baik hati. Dia merasa tersentuh oleh “kebaikan” menantunya. Mereka bahkan jadi sangat akrab.
Di hari ke-29, hubungan mereka makin mesra saja. Si istri yang awalnya sangat benci pada ibu mertuanya, kini berubah jadi sayang. Sebab dia pun merasa tersentuh oleh kebaikan dan ketulusan si ibu mertua.
Fakta ini membuat si istri menyesal luar biasa. Buru-buru dia mendatangi sang tabib.
“Tolong berikan penawar untuk racun tersebut! Saya tak ingin ibu mertua saya mati. Saya kini sangat mencintainya. Dia pun kini sangat baik dan sayang pada saya. Saya tak ingin dia mati!”
Si tabib tersenyum dan dengan tenang berkata, “Tak perlu khawatir, Bu. Ramuan yang saya berikan dulu itu sebenarnya vitamin yang membuat tubuh ibu mertua Anda makin sehat.”
“Jadi… jadi itu bukan racun?”
“Bukan.”
Si istri merasa lega, mengucapkan syukur. Dia kini sadar bahwa hanya kebaikan akhlak-lah yang bisa melunakkan hati seseorang yang membenci kita.
Jika kita ingin dicintai oleh orang lain, maka kita harus memulainya dengan cara mencintai dan berbuat baik pada orang tersebut. []