Oleh: Indra Rismawandi
CINTA adalah kata yang indah, penuh keromantisan, kasih sayang, namun terkadang hanya sebatas kata semu yang penuh dengan kepalsuan. Cinta yang indah adalah cinta yang di dasari dengan kesungguhan. Sedangkan cinta palsu adalah cinta yang didasari pada hawa nafsu.
Cinta memang tak kenal warna, sehingga banyak yang dibutakan karenanya. Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah, memang begitulah adanya. Karena yang mampu mengenal warna dan baik-buruk adalah pelaku-pelaku cinta yang menggunakan akal fikirannya. Sebaliknya, cinta juga mampu melahirkan pribadi-pribadi yang mengagumkan. Pribadi yang tak takut kehilangan suatu apapun walau ia sangat mencintainya. Namun kerena cinta yang hadir dipenuhi dengan nuansa keimanan, maka mereka rela mengorbankan apa saja yang mereka cintai demi memperoleh keridhaan Dzat Maha Pemberi cinta. Jiwa mereka tidak gundah gulana hanya karena kehilangan cinta duniawi, karena hanya Allah saja sebagai Dzat pemberi ketentraman.
Pribadi-pribadi taat ini amat menyadari bahwa cinta hanyalah sebagai sarana mencapai tujuan. Mereka yakin kenikmatan cinta tak ada artinya tanpa ada restu Allah sebagai Pemberi cinta. Maka, yang mereka cari adalah ridha dan cinta kasih Allah, bukan cinta yang bersifat sementara. Karena cinta hakiki hanya didapat dari pemiliknya, yaitu Allah SWT. Hanya cinta kepada-Nya dan karena-Nya, kita akan meraih cinta yang sesungguhnya. Bukti cinta sejati mereka tampak dalam kegigihan dalam mendaki bukit cinta yang terjal, menyeberangi jurang hawa yang menganga.
Menuju kekasih yang dicintainya dan meraih kecintaan dari kekasihnya, maka mendorongnya untuk mengejar langkah-langkah agar semakin lebih dekat dengannya. Semua itu dilakukan dengan semangat dan memaksimalkan tenaga, waktu, harta serta apa saja yang dimilikinya. Kesungguhan, keuletan, kejujuran dan keteguhan menuju kekasihnya dan apa yang dicintai kekasihnya merupakan langkah-langkah dalam setiap detik kehidupannya. Air mata, keringat, otot kuat, sendi perekat, mata yang tak terpejam, otak yang terkuras, hati yang tertekan, rambut yang lusuh, darah yang mengalir, harta yang tersimpan, semuanya dibawa dan dipersembahkan untuk meraih cinta kekasihnya, Allah Azza wa Jalla.
Kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa mendapatkan cinta-Nya. Allah SWT telah memberikan petunjuk yang sangat jelas, bagaimana cara mendapatkan kecintaan-Nya. Allah SWT telah berfirman:
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).
Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan, “Ayat ini merupakan pembukti, bahwa siapa saja yang mengaku mencintai Allah SWT, namun ia tidak berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka orang tersebut hanya berdusta saja. Dirinya diakui benar-benar mencintai Allah, tatkala ia mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW, baik dalam perkataan, perbuatan, dan persetujuan beliau.” Jika teruji bahwa ia benar-benar mencintai Allah, yakni dengan cara menjalankan seluruh ajaran Muhammad SAW, maka Allah akan balas mencintai orang tersebut. Rasul SAW bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan maka perbuatan itu tertolak,” (Muttafaq ‘alaihi)
Para ahli hikmah telah menyatakan, “Perkara yang hebat bukanlah kamu [merasa] mencintai Allah, akan tetapi, kalian benar-benar dicintai (oleh Allah SWT).”
Saudaraku, hanya ada satu cara untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, yaitu selalu menjaga keimanan dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Wallahu ‘alam bish shawab. []