Oleh: Ammylia Rostikasari, S.S.
Komunitas Penulis Bela Islam
ammyliarostikasari93571@gmail.com
RAMADHAN, bulan penuh kemuliaan dan keagungan. Bulan ini pun merupakan bulan turunnya ayat suci Al-Quran. Sehingga satu di antara predikat Ramadhan ialah Syahr Al-Quran atau Bulan Al-Quran.
Memahami hal demikian, maka pantaslah umat Islam lebih mengakrabkan diri dengan Al-Quran. Senandung tadarus disemarakkan, bahkan berlomba ingin meng-khatam-kannya di Bulan Ramadhan. Betapa tidak, karena ada pahala menggiurkan yang dijanjikan.
Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saja yang membaca satu huruf saja dari Kitabullah, bagi dia satu kebaikan, sementara satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali.” (HR At Tirmidzi)
Bahkan Aisyah ra., setiap kali Ramadhan tiba, senantiasa membaca Al-Quran dan mengkajinya pada permulaan hari sampai matahari terbit, barulah setelah itu sejenak beristirahat.
Al-Quran ialah firman Allah Swt. Adanya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan perantara malaikat Jibril. Oleh sebab itu, sebagai umat Islam kita wajib mengimani seluruh isi Al-Quran tanpa ada keraguan di dalamnya. Bahkan Allah Swt. Telah mengingatkan bahwa haram surga bagi orang-orang yang membangkang dan menyombongkan diri kepada Al-Quran (baca Q.S. Al-A’raf[7]:40).
Maka, sudah sewajibnya kita memahami peran penting Al-Quran dalam kancah kehidupan umat Islam. Al-Quran dihadirkan sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan, sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.:
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara haq dan batil).” (Al-Baqarah:185).
Petunjuk yang diuraikan dalam Al-Quran berupa keimanan yang berkaitan dengan rukun iman. Ada pula petunjuk yang berkaitan dengan aturan juga hukum ibadah, akhlak, sosial, ekonomi, sanksi, politik bahkan perkara pemerintahan. Begitu kompleks yang dicakup di dalamnya. Hal demikian bahwa petunjuk Allah dalam Al-Quran bukan hanya menyinggung masalah spiritual saja, melainkan juga masalah politis.
Al-Quran yang bersifat paripurna telah terbukti menjadi konstitusi yang berarti bagi kaum Muslim. Sejak empat belas abad yang silam, kandungan Al-Quran diterapkan secara kaffah oleh Rasulullah di Madinah Al-Munawarah.
Kepemimpinan Islam bermula di sana dengan membumikan Al-Quran. Eksistensinya begitu sakral dirasakan umat, bukan hanya Kaum Muslim tapi juga Yahudi, Nasrani yang ada di dalamnya. Semua merasa tenteram diatur oleh hukum yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah.
Pengaruhnya menyebar melintas wilayah ke penjuru dunia.
Berkahnya penerapan Al-Quran telah menghasilkan peradaban yang gemilang. Mengundang pasang mata ilmuwan dunia yang berdecak kagum menyaksikannya. Prof. G. Margoliouth menuliskan (dalam De Karacht van den), “Penyelidikan menunjukkan bahwa yang diketahui oleh sarjana-sarjana Eropa tentang falsafah, astronomi, ilmu pasti dan ilmu pengetahuan semacam itu, selama beberapa abad sebelum Renaisssance, secara garis besar datang dari buku-buku Latin yang berasal dari bahasa Arab. Al-Quranlah yang—walaupun tidak secara langsung—memberikan dorongan pertama untuk studi-studi itu di antara orang-orang Arab dan kawan-kawan mereka.”
Berkah dan hikmah dari penerapan Al-Quran secara menyeluruh telah menghantarkan umat Islam pada kemuliaan. Hidup terjamin jauh dari segala krisis yang menyengsarakan. Aqidah mereka terjaga, urusan dunia pun dibuat sejahtera.
Siapa saja pasti tergiur hidup nyaman sentosa di bawah naungan Al-Quran.
“Siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Quran), sungguh bagi dia kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (Q.S. Thaha:124).
Wallahu’alam bishowab. []