SESEORANG yang cerdas akan menetapkan visinya jauh melampaui batas-batas dunia, yaitu pandangan jauh ke depan sampai batas akhir kehidupan yang tiada batas. Sehingga seluruh aktivitas kehidupan dunianya selalu berorientasi goal setting, penetapan tujuan akhir kehidupan yang telah dirancangnya.
Seorang mukmin sejati akan lebih mengedepankan kecintaannya pada masa depannya yang terbaik (akhirat) daripada kehidupan yang nisbi, yang penuh kesementaraan (duniawi). Allah berfirman, “Dan berilah perumpamaan kepada mereka, kehidupan dunia sebagi air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu,” (QS. Al-Kahfi [18] : 45).
Begitu pula dalam firman Allah, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’aam [6] : 32).
Orientasi masa depan (kehidupan akhirat) tidak hanya dimaknai secara ritual belaka, yang akhirnya hanya sebatas melakukan aktivitas ibadah ritual belaka, namun harus secara lebih aplikatif sehingga mampu mengantarkan Anda untuk melakukan aktivitas ibadah yang lebih berarti.
BACA JUGA:
Akhwat, Siapapun Kita di Masa Lalu
Kisah Masakan Malam Pertama Sang Pengantin
Karena ibadah tidak hanya sebatas ritual semisal, shalat, zakat, puasa, dan sebagainya. Namun ibadah juga bermakna operasional yaitu seluruh aktivitas terbaik yang dilakukan di seluruh percaturan kehidupan kemanusiaan tanpa batas.
Apa yang telah kita lakukan hari ini adalah cerminan kita di masa depan. Sehingga seseorang yang telah menetapkan visi masa depan terbaik, paastilah melakukan aktivitas teerbaik juga dalam kesehariannya, terencana dengan baik dan penuh semangat.
Allah SWT telah berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah Allah anugrahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah pada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan,” (QS. Al-Qashash : 77). []
Sumber : Membangun Karakter dengan Hati Nurani/Akh Muwafik Shaleh/Erlangga/2002