Wanita itu berpikir sampai larut malam dan akhirnya memutuskan bagaimana esok harinya ia akan melakukan satu hal yang mungkin akan membuatnya puas. Dia tidak bisa tidur semalaman, karena dia terlalu bersemangat untuk membalas dendam atas berhala yang dia sembah.
Bahkan sebelum sinar matahari pertama masuk ke jendelanya, dia sibuk menyapu rumahnya. Dia menyimpan semua sampah di keranjang, meletakkannya di atap rumahnya dan dengan bangga melihatnya sebentar, lalu dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya, dia melihat ke jalan yang dia jalani, dan berpikir, “Tidak seseorang pun pernah melihatnya marah. Semua orang akan memujiku ketika mereka akan melihat dia meneriakiku dan marah, mereka akan menertawakan dan mengolok-oloknya.”
Dia melihat keranjang sampah itu lagi dan menyeringai.
Sementara itu, dia mendengar langkah kaki, seakan mengabarkan bahwa penantiannya akan segera berakhir. “Akhirnya sasaranku sudah tiba,” pikirnya, saat melihat seorang pria berpakaian bersih dan putih melintas.
Dia mengambil keranjang sampah yang sudah dipersiapkannya dan melemparkan semua isinya ke arah lelaki yang sedang melintas itu. Namun alangkah kecewanya wanita itu, lelaki itu tidak mengatakan apapun dan melanjutkan perjalanannya.
Wanita itu melakukan hal yang sama pada hari berikutnya sambil berpikir, “Mungkin kali ini aku akan berhasil membuatnya marah.”
Tapi sang lelaki itu terlalu lembut untuk meneriaki si wanita. Celakanya, si wanita itu salah menafsirkan sikap sang lelaki. Wanita itu menganggap bahwa diamnya lelaki yang ia terror itu sebagai rasa ketakutan lelaki itu. Hingga akhirnya, si wanita memutuskan untuk mengulangi kenakalan yang sama setiap hari agar lelaki itu makin takut, sehingga dia mungkin berhenti berkhotbah tentang Keesaan Tuhan.
Pria yang sangat dibenci wanita ini adalah Muhammad SAW, nabi terakhir Allah SWT. Dia tidak ingin mengecewakan wanita tersebut dan terus berjalan menyusuri jalanan setiap hari, alih-alih memilih rute alternatif, dan berdoa agar wanita tersebut mengenali kebenaran.
Suatu hari, Nabi tidak menemukan wanita itu berada di atap rumahnya dengan keranjang. Ini membuatnya khawatir, karena dia mengira ada sesuatu yang terjadi padanya.
Jadi dia mengetuk pintu.
“Siapa?” tanya sebuah suara lemah.
“Muhammad bin Abdullah,” jawab sang lelaki. “Bolehkah saya masuk?”
Wanita itu takut, dan berpikir, “Aku sedang sakit, dan terlalu lemah untuk melawan atau berbicara, oleh karena itu Muhammad datang untuk membalas dendam atas apa yang telah aku lakukan padanya.”
Tapi izin dari lelaki itu untuk memasuki rumahnya diucapkan dengan suara lembut sehingga si wanita itu mengizinkannya masuk.
Nabi memasuki rumah dan mengatakan kepada wanita itu bahwa beliau tidak mendapatinya di loteng seperti biasanya, sehingga Nabi mengkhawatirkannya dan karena itu dia ingin menanyakan tentang kesehatannya.
Saat mengetahui betapa sakitnya wanita itu, Nabi dengan lembut bertanya apakah wanita tersebut membutuhkan bantuan.
Karena terpesona oleh tutur kata Nabi yang sangat lembut, wanita itu lupa akan semua ketakutannya dan meminta air. Nabi dengan baik memberi dia beberapa peralatan dan berdoa untuk kesehatannya, sementara wanita itu memamah rasa hausnya.
Hal tersebut membuat wanita itu merasa sangat bersalah karena telah begitu kejam kepada lelaki tersebut di masa lalu dan dia meminta maaf atas perilaku jahatnya. Dia memaafkannya dan datang ke rumahnya setiap hari untuk membersihkannya, memberinya makan dan mendoakannya, sampai dia bisa berdiri lagi.
Sikap baik Nabi menginspirasi wanita itu ke dalam pengakuan akan kebenaran, dan doanya dijawab dalam bentuk penambahan lagi ke dalam jumlah Muslim yang terus bertambah. []