ORANG-ORANG yang membangun koalisi dari Quraisy, Ghathafan, dan Bani Quraizhah adalah Huyay bin Akhthab Salam bin Abu Al-Huqaiq, Abu Rafi’, Ar-Rab; bin Ar-Rabi’ bin Abu Al-Huqaiq, Abu Ammar, Wahwah bin Amir, dan Haudzah bin Qais. Wahwah bin Amir, Abu Ammar, dan Haudzah berasal dari Bani Wail, dan selebihnya dari Bani An-Nadhir.
Pada saat mereka sampai di tempat orang-orang Quraisy, orang-orang Quraisy itu berkata, “Mereka adalah pendeta-pendeta Yahudi, dan orang-orang yang memiliki ilmu yang memadai tentang kitab suci terdahulu. Cobalah tanyakan kepada mereka manakah yang lebih baik agama kalian atau agama Muhammad.”
BACA JUGA: 10 Kedurhakaan Bani Israel
Orang-orang Quraisy pun bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi dan mereka menjawab, “Agama kalian jauh lebih baik dari pada agama Muhammad. Kalian tentunya lebih baik daripada Muhammad dan yang orang yang bersamanya.”
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya (yang artinya):
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut (QS. an-Nisa’ : 51).
Menurut orang-orang Arab jibt adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah, sementara thaghut adalah segala sesuatu yang membuat orang berpaling dari kebenaran. Kata plural dari kata jibt ialah jubut, sementara plural dari kata thaghut adalah thawaghit.
Ibnu Hisyam menuturkan: Kami mendengar dari Ibnu Abu Najih berkata bahwa jibt adalah sihir, sementara thaghut adalah setan.
Allah ‘Azza wa Jalla kemudian berfirman (yang artinya):
Dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendati pun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia, ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS. An-Nisa 51-54).
Sukain dan Adi bin Zaid mengatakan, “Wahai Muhammad, kami tidak mengetahui bahwa setelah Musa diturunkan, Allah menurunkan sesuatu atas manusia.”
Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ ۚ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka kami utus) selaku rasulrasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agarsupaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. an-Nisa: 163-165)
Beberapa orang Yahudi datang menjumpai Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku utusan Allah yang diutus kepada kalian.”
BACA JUGA: Tak Seorang pun Boleh Melakukan Shalat Ashar Kecuali di Bani Quraidhah
Orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak mengetehaui itu, dan tidak bersaksi atasnya.”
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
لَٰكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنْزَلَ إِلَيْكَ ۖ أَنْزَلَهُ بِعِلْمِهِ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah yang mengakuinya. (QS. An- Nisa’: 166). []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media