Oleh: Mela Mustika Amalia
Ibu Rumah Tangga, tinggal di Liverpool
INNALILLAAHI wa innaa ilaihi raaji’uun, dunia kembali berduka. Serangan teroris di kota Christchurch, New Zeland (15/3/2019) lalu itu bukan hanya menjadi duka Umat Islam. Tapi menjadi duka dunia. Hingga tulisan ini dibuat, korban meninggal sudah bertambah menjadi 50 orang (detik.com, 17/3/2019).
Sedih, marah, kecewa, mendengar kabar tersebut. Bagaimana tidak, pelaku menyerang jamaah yang sedang beribadah shalat jum’at dengan peluru yang bertubi-tubi. Parahnya, aksi tersebut disiarkan secara langsung oleh sang pelaku. Sadis, brutal, keji, biadab, gila, entah apalagi kata-kata yang pantas menyebut aksi teror semacam ini.
BACA JUGA: Tragedi Selandia Baru Bikin Jemaah Masjid di Florida Takut
Saya tak bisa membayangkan jika Saya sendiri yang ada dalam posisi seperti itu. Berada dalam sebuah masjid yang tenang. Tidak ada yang membawa senjata, yang ada adalah mereka yang datang dengan doa sebagai senjata. Karena masjid adalah rumah Allah, tempat untuk beribadah juga berdoa dengan khusyuk dan tumaninah. Tidak ada yang menduga akan dihujani dengan peluru. Tiba-tiba suasana tenang berubah menjadi mencekam. Hening berganti dengan desing peluru yang siap menyasar kepada setiap orang. Allahu Akbar.
Dalam hitungan menit, korban berjatuhan. Brentont Tarrant (28), seorang warga Australia itu dengan membabi buta menembakkan peluru kepada jamaah. Seolah-olah yang dihadapinya itu bukan manusia, bukan juga hewan. Karena manusia yang waras tidak akan melakukan hal keji itu sekali pun kepada hewan.
Serangan terorisme di New Zeland ini semakin kuat membuktikan bahwa terorisme tidak mengenal agama. Label terorisme yang selama ini dunia dan media banyak sematkan kepada umat islam kembali terbantahkan. Justru sebaliknya, umat Islam lah yang menjadi korban terorisme itu sendiri. Sudah cukup apa yang menimpa saudara-saudara muslim Palestina, Rohingya, Xin Jiang, Afghanistan, dan negeri-negeri kaum muslim lainnya yang menjadi korban terorisme bernama negara.
Islam adalah agama rahmatan lil ‘aalamiin yang sangat menjaga agar darah yang bukan haknya tak tertumpah. Islam melindungi jiwa-jiwa manusia. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32). Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al-An’am: 151).
Apalagi jika yang dibunuh adalah orang-orang yang beriman. Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93).
Islam memang mengajarkan konsep jihad. Namun, jihad itu sendiri ada aturannya. Ketika jihad melawan musuh dalam peperangan itu ada etika dan adabnya. Diantaranya tidak boleh membunuh orang tua, anak-anak dan wanita. Tidak boleh membunuh para rahib dan orang-orang yang sedang beribadah. Tidak boleh merusak tanaman dan membunuh hewan ternak. Tidak boleh merusak tempat ibadah dan fasilitas umum. Tidak boleh membunuh orang yang tidak ikut berperang. Tidak boleh memutilasi musuh. Maa syaa Allah, bahkan dalam perang pun tercermin akhlak dan adab yang mulia, bagaimana dengan syariat Islam yang lainnya. Islam mengajarkan memuliakan tetangga juga memuliakan tamu.
Konsep ekonominya mampu memberikan solusi dan kesejahteraan. Sistem pendidikannya mampu melahirkan para intelektual shalih. Saat ini adalah kesempatan yang tepat untuk kita umat Islam. Menjelaskan apa itu Islam kepada dunia. Kepada seluruh manusia. Menebarkan kebaikan Islam. Bahwa hanya dengan Islam yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan lah manusia akan hidup mulia dan terjaga.
BACA JUGA: Pengakuan Keluarga Soal Brandand Tarrant, Si Pelaku Teror di 2 Masjid Selandia Baru
Peristiwa pilu di New Zeland ini juga memberikan kita pelajaran penting. Bahwa pilu dan duka umat Islam dan manusia seluruhnya hanya akan berakhir jika ada pelindung hakiki. Yakni sebuah negara yang benar-benar menjaga dan melindungi warga negaranya dengan Islam. Karena Islam mempunyai peraturan yang sempurna penuh keadilan dan kasih sayang.
Aturannya akan menjaga umat Islam, menjaga manusia agar hidup penuh kebaikan dan keberkahan di muka bumi. Terakhir, mari kita berdoa agar para korban yang gugur dalam dua masjid di New Zeland menjadi syuhada. Mereka yang syahid di dalam masjid itu disambut para malaikat dengan senyuman. Diseru dengan panggilan: Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya! Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku! [Al-Fajr/89:27-30]. []