Oleh : Bunda Nusaibah Al Khanza
Tim Mentor Online Sekolah Bunda Shalihah
nusaibah2107@gmail.com
RASULULLAH SAW bersabda: “Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia bertanggung jawab terhadap anak-anaknya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadist tersebut, jelas sekali bahwa Bunda bertanggung jawab terhadap ananda. Maka mendidik ananda merupakan salah satu tugas Bunda. Dimana dalam proses pendidikan itu, hanya akan berhasil dilakukan jika sudah terwujud hubungan yang baik antara Bunda dengan ananda. Hal tersebut memang sebaiknya dilakukan sejak dini. Bahkan sejak ananda masih dalam perut Bunda.
Tapi, bagaimana jika ananda sudah besar, dan Bunda telah kehilangan momentum tersebut? Apakah Bunda harus menyerah? Apakah cukup Bunda menerima dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang sudah terlanjur terjadi?
Ibarat nasi sudah menjadi bubur, bukan berarti tak bisa dimakan. Tapi bisa dikasih garam, lada, ayam dll. Jadilah buryam yang enak. Begitu juga hubungan antara Bunda dan ananda. Jika selama ini renggang atau bahkan retak, maka masih bisa untuk diperbaiki. Tak ada kata terlambat untuk berbenah. Pun untuk merekatkan hubungan yang retak. Sebelum kerenggangan tersebut semakin lebar dan memutuskan ikatan kasih sayang, segera perbaikilah!
BACA JUGA: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah
Oleh karena itu, sangat penting untuk menjalin komunikasi yang baik antara Bunda dengan ananda. Caranya yaitu: “Mencari untaian kata yang sesuai, menemukan nada bicara yang pas, menggunakan cara yang benar, dan memilih waktu yang tepat.”
Cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, introspeksi diri.
Sesekali lakukanlah evaluasi bersama ananda. Bisa tiap akhir pekan atau bisa jadwalkan waktu khusus untuk bicara berdua. Ya, membicarakan antara Bunda dan ananda.
Kalau masih kecil bisa sambil dipangku. Kalau sudah besar, bisa dengan berhadapan. Pegang tangannya, elus kepalanya, tatap lembut matanya, ajak dia bicara! Jika ananda tipe anak introfert yang lebih suka menulis diary. Beri dia kertas, minta dia menulis!
Mulailah bicara, “Kita akan mengatakan/menuliskan sesuatu yg sama-sama kita rasakan. Apa yang kakak/adik suka dan yang tidak disuka dari Bunda. Begitu juga sebaliknya.”
Lihatlah reaksinya! Apakah ananda suka atau tidak dengan metode yang Bunda tawarkan. Bunda bisa memulainya. Terkadang, anak tak suka bukan karena tak ingin. Tapi bisa jadi karena dia tak mengerti. Maka, beri penjelasan semudah mungkin apa yang harus ananda lakukan.
Kedua, jangan baper dan berikan apresiasi!
Ketika anak sudah bersedia mengungkapkan unek-uneknya pada Bunda. Ingat, jangan baper! Jangan marah ketika dia ternyata mengungkapkan banyak ketidakpuasan. Karena marah, akan membuat ananda tidak nyaman dan justru akan menjauhkan ananda dari Bunda. Namun, gunakan ungkapan tersebut sebagai evaluasi untuk memperbaiki diri. Bukankah itu tujuan evaluasi ini?
Peluk dia dengan terlebih dulu menyunggingkan senyuman. Beri apresiasi dan ucapkan terimakasih! Hal ini akan menunjukkan bahwa Bunda berterimakasih atas ungkapan darinya. Juga membuka pintu keberanian dari ananda, untuk mengungkapkan apa yang tidak dia suka.
Ketiga, akui kesalahan dan buang gengsi!
Setelah itu, beri penjelasan kepadanya tentang apa yang Bunda lakukan selama ini padanya.
Jika perbuatan Bunda memang salah, akui! Jangan pernah gengsi untuk mengakui kesalahan Bunda di depan ananda. Sampaikan pula bahwa Bunda juga masih butuh belajar banyak hal. Karena belajar tak mengenal usia.
Maka, bisa ajak ananda untuk belajar bersama. Hal ini akan memberi pemahaman pada ananda akan pentingnya menuntut ilmu di segala usia.
Selain itu juga akan memberi pemahaman pada ananda bahwa bundanya juga manusia yang tak luput dari salah dan khilaf.
Keempat, jangan menggurui!
Hindari mengatakan, semua yang Bunda lakukan demi kebaikan ananda. Juga hindari mengatakan, Bunda lebih tau apa yang terbaik untuk ananda. Karena hal itu akan membuat ananda merasa dipaksa untuk mengakui bahwa Bunda selalu benar, sedangkan dia selalu salah.
Tapi berilah penjelasan lebih spesifik. Misal, ketika beda pendapat tentang pemilihan sekolah. Awalnya, Bunda minta dulu ananda menjelaskan apa alasannya memilih sekolah itu. Lalu, jelaskan tentang sekolah yang Bunda pilih dan juga tentang sekolah yang dipilih ananda. Jelaskan perbedaan dari semua sisi yang Bunda pahami, atau ajak ananda mencari informasi profil sekolah yang dia inginkan.
BACA JUGA: Cerdasnya Ibunda Imam Syafi’i
Kelima, menjadi pendengar yang baik.
Ketika ananda mengatakan sesuatu, entah itu bercerita maupun bertanya, jangan pernah diabaikan! Dengarkan setiap perkataannya dengan serius. Hal itu akan menunjukkan bahwa Bunda menghargai dan memperhatikan ananda. Maka, akan tumbuh rasa percaya diri pada ananda dan senang ketika bicara dengan Bunda.
Hal tersebut sangat penting dilakukan jika berharap dapat kembali dekat dengan ananda. Karena hal itu yang akan menimbulkan kenyamanan di antara Bunda dan ananda.
Keenam, doa.
Hal paling penting yang dapat dilakukan ketika berusaha yaitu tidak boleh lupa untuk berdoa. Memohon kepada Allah agar dimudahkan dan dilunakkan hati ananda. Kemudian bertawakkal, pasrah sepenuhnya kepada ketetapan yang akan Allah berikan.
Itulah, cara-cara yang benar untuk dapat kembali menjalin kedekatan antara Bunda dengan ananda. Agar hubungan yang pernah retak dapat kembali rekat.
Intinya, membangun komunikasi itu bukan cuma masalah menyampaikan pendapat. Penting sudah disampaikan, bukan itu! Namun membangun komunikasi merupakan cara untuk mencapai sebuah tujuan, yakni menyamakan pemikiran. Maka, harus dipikirkan bagaimana caranya agar komunikasi yang dijalin mendapatkan titik temu. Wallahu a’lam. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.