SEMUANYA bermula ketika melihat kejadian menggemaskan itu …
Saat aku menghamparkan sajadah, akan melaksanakan sholat dhuha, tiba-tiba anakku yang masih berusia satu setengah tahun, merangkak cepat sambil tertawa. Ia berhenti tepat di atas sajadah, menatapku sejenak, tersenyum, dan sedetik setelahnya si mungil meletakkan kedua tangannya di lantai, mengangkat pinggul, kemudian meletakkan kening di atas sajadah.
“Mau ikut sholat itu, Bi,” ujar istri yang ternyata juga memperhatikan tingkah si kecil. “Dede lagi sujud itu.”
Aku tertawa geli, baru paham ternyata si kecil ingin menirukan gerakan sholat kami dalam posisi sujud. Meski pada kenyataannya, aku melihat gestur Dede lebih mirip orang bersiap start lomba lari 100 meter.
BACA JUGA: Aturan Membawa Anak Kecil ke Masjid
Kuraih tubuh si kecil, mengangkatnya tinggi, hingga wajah polos itu beradu tatap denganku. Ia tersenyum simpul ketika kuhujani pipinya dengan kecupan. Ah, betapa bahagia hidup ini, serasa doa yang berkali-kali terlantun seusai sholat itu kini kian menjelma nyata,
Tuhan, mohon masukkan kami ke dalam golongan orang-orang sholih. Tuhan, jadikan kami hamba yang selalu menegakkan sholat. Sungguh, Engkau adalah Dzat yang Maha pengabul segala doa.
“Coba kalau Abang ajak Dede sholat di masjid, mungkin senang dia, tuh.” Istriku berkata lagi.
“Boleh, insyaAllah ntar maghrib aku bawa Dede ke masjid.”
Kutunaikan sholat dhuha, lantas berangkat kerja.
***
Aku menunaikan janji. Saat adzan maghrib berkumandang, kugendong si kecil menuju masjid. Ia nampak semakin lucu, karena istri memakaikannya baju koko ungu, lengkap dengan peci berwarna krem, baju yang kami beli tiga hari sebelum hari raya lalu. Di perjalanan menuju masjid yang berjarak sekitar seratus meter dari rumah kontrakan kami, Dede sering mengoceh, “Pah, pah… pah…” sambil celingak-celinguk melihat suasana sekitar.
Sesampai di masjid, kuturunkan si kecil di lantai. Dan benar saja, meski pada awalnya nampak bingung, tetapi setelah itu ia tertawa dan merangkak riang menjelajahi masjid yang luas tersebut. Beberapa jamaah mencubit pipinya gemas.
Ketika sholat, sengaja aku berdiri di shof belakang, khawatir si kecil bakal mengganggu jamaah lain. Meski pada akhirnya Dede juga sering merangkak melangkahi barisan jamaah yang sedang menunaikan sholat. Lewat sana lewat sini. Ia terlihat begitu riang berada di dalam masjid.
Ah, semoga ini awal dari kecintaannya kepada masjid.
Mulai saat itu, jika sedang berada di rumah, aku rutin mengajak buah hati sholat di masjid. Walaupun di sana nanti, ia hanya berkeliling mengitari ruang dalam masjid yang memang lapang, atau terkadang melewati barisan jamaah yang sedang sholat.
BACA JUGA: Di Masjid
Pernah pada suatu hari ketika masih enak-enaknya tidur, aku merasa ada yang menjambak rambut. Awalnya tak kuhiraukan, namun lama-kelamaan jambakan itu semakin terasa sakit di kepala. Aku terpaksa membuka mata, dan ternyata Dede-lah yang menjambak rambutku. Di luar sana, adzan Subuh bertalu-talu memenuhi udara. Aku duduk, meski mata masih lengket. Sekejap kemudian Dede mendekat, melingkarkan kedua tangannya di leherku. Istri yang juga terbangun, kemudian berkata padaku,
“Dede minta gendong itu, Bang. Mau dibawa ke masjid, kali.”
“Owalah.” Aku tersenyum.
Benar saja saat aku gendong menuju rumah Allah, wajah si kecil nampak cerah gembira. Seperti biasa, diperjalanan ia sering mengoceh, “Pah… pah… pah…”
Mulai saat itu, setiap mendengar kumandang adzan, si kecil langsung merangkak padaku, memelukku, minta digendong. Dan aku mengerti apa yang ia inginkan.
Kemudian hal lain terjadi…
Aku masih ingat hari itu Kamis malam, seusai salam sholat Isya’, imam tidak seperti biasanya yang langsung dzikir bersama, melainkan berdiri, menghadapkan wajah padaku, lalu menegur,
“Mas, istri Mas ada di rumah?”
Semua orang sempurna menatapku.
Aku menjawabnya, “Ada, Pak. Memang kenapa?”
“Kalau istri ada di rumah, tolong titipkan saja anak Mas pada istri,” telunjuk si imam menunjuk Dede yang sekarang berada di pojok utara masjid. “Jangan bawa anak kecil di sini. Soalnya mengganggu. Jadinya kami tidak bisa sholat dengan khusuk. Saya yakin Mas juga tidak bakalan khusuk karena takut anaknya keluar masjid, kan?”
Aku masih diam memperhatikannya.
“Seumpama istri lagi sibuk, sudah Mas sholat di rumah saja. Jaga si kecil, jangan dibawa ke sini.”
“Baik, Pak.”
“Anak Mas sangat mengganggu kekushukan sholat. Dia merangkak di antara barisan jamaah, kadang juga rame sendiri, itu mengganggu sekali.”
Aku mengangguk.
“Ya sudah, gitu aja.” Kemudian si imam melanjutkan dzikir berjamaah.
Tak lama kemudian, kugendong si kecil pulang ke rumah.
Entahlah, di perjalanan pulang, tiba-tiba aku terkenang pada sebuah kisah Nabi Muhammad SAW. Kisah penuh makna dari manusia paling mulia…
Ketika itu Nabi sedang mengimami sholat Dhuhur di masjid. Tatkala sedang sujud, tiba-tiba kedua cucunya, Hasan dan Husain bin Ali, berlari ke arahnya lalu menaiki punggung sang Rasul seolah sedang bermain kuda-kudaan. Apa reaksi sang Nabi? Beliau membatalkan sholatnya kemudian marah kepada kedua cucu karena sholatnya jadi tidak khusuk? Ternyata tidak. Bahkan, beliau bertahan pada posisi sujud sangat lama hingga Hasan dan Husain puas bermain dan turun sendiri.
Apakah setelah itu Nabi menegur menantunya, Ali bin Abi Thalib, “Hai Ali, tolong jaga anakmu ketika kami sedang sholat.”
BACA JUGA: 7 Fakta Masjid Al-Aqsa
Pun, Nabi tak pernah melakukan hal itu.
Bahkan tatkala ada seorang sahabat yang bertanya mengapa Rasul tercinta sujud begitu lama, apakah saat itu turun wahyu kepada beliau?
“Tidak. Tidak ada apa pun.” Manusia pilihan itu pun menjawab, “Hanya saja, tadi kedua cucuku naik di atas punggung ini, dan aku tak mau menghentikan kesenangan mereka sebelum puas dan turun sendiri.”
https://www.youtube.com/watch?v=bkDDy8VkDps
SubhanAllah… Adakah orang yang berani mengaku sholatnya lebih khusuk daripada Nabi Muhammad?
Aku heran, mengapa jarang sekali ditemukan masjid ramah anak? Masjid yang memang didesain agar anak-anak betah di dalamnya, menjadikan masjid sebagai wadah edukasi pertama dan utama bagi si kecil, bukan malah mengusirnya jauh-jauh. Apa yang ta’mir masjid takutkan? Takut si kecil pipis hingga lantai najis? Bisa dipel, kan. Masjid menjadi bising karena celoteh, tawa, dan tangisan anak-anak? Maaf, sebaiknya kita simak terlebih dahulu quote dari lelaki hebat penakluk Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih, berikut ini:
“Jika suatu saat nanti kalian TIDAK lagi mendengar bunyi bising dan gelak tawa riang anak-anak di antara shaf-shaf sholat di masjid-masjid. Maka demi Allah, takutlah kalian pada kehancuran akhlak generasi muda di masa itu…”
***
Aku masih tertidur saat Dede menjambak rambutku. Samar-samar kudengar adzan Subuh bersahutan di luar sana. Aku bangkit, duduk, dan menatap wajah lugu tersebut, “Ada apa, Nak?”
“Pah… Pah… Pah…” si kecil menyahut. Kemudian ia mendekatkan tubuhnya dalam dekapanku, minta digendong.
Aku sangat paham ia sedang minta ke mana. Tapi maaf, Nak, saat ini Abi tak boleh membawamu ke sana.