IRAN—Negara ‘kiblat Syiah’ Iran dilaporkan telah bersumpah untuk terus maju dengan program rudal nuklirnya. Pemerintah Iran mengecam sanksi baru AS sebagai “upaya untuk melemahkan kesepakatan nuklir.”
Menurut laporan Al-Jazeera pada Ahad (30/7/2017) Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Iran, Bahram Ghasemi mengatakan bahwa Teheran menganggap langkah AS tersebut sebagai “permusuhan, tercela dan tidak dapat diterima.”
“Pada akhirnya ini merupakan usaha untuk melemahkan kesepakatan nuklir,” kata Ghasemi. Mengacu pada kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia yang dipimpin AS yang mencabut beberapa sanksi kepada Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
“Kami akan terus melanjutkan program rudal kami dengan kekuatan penuh. Rudal dan bidang militer adalah kebijakan kami sendiri. Orang lain tidak memiliki hak untuk campur tangan atau mengomentari kebijakan kami,” tambah Ghasemi.
“Sangat penting bahwa kami menunjukkan reaksi yang tepat sehubungan dengan tindakan bermusuhan dan kejam yang dilakukan oleh AS,” ungkap Abbas Araghchi, Wakil Menteri Iran dan negosiator senior Iran.
Baru-baru ini AS telah memberlakukan sanksi kepada orang-orang yang terlibat dalam program rudal balistik Iran dan siapa pun yang terlibat bisnis dengan Iran.
AS juga akan menerapkan sanksi terorisme terhadap kelompok Garda Revolusi Iran dan memberlakukan embargo senjata.
RUU tersebut telah disahkan oleh Senat AS pada Kamis (27/7/2017), dua hari setelah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. RUU juga akan ditandatangani oleh Presiden Donald Trump. []