SUATU malam kelam, Khalifah Umar bin Abdul Aziz sibuk mengerjakan tugas negara ditemani sebuah lentera kecil yang sinarnya tidak seberapa.
Saat itu, cahaya di ruangan kerja sang khalifah begitu redup, padahal ia harus membaca dan menulis. Namun, tampaknya ia sangat menikmati kebersahajaan itu.
BACA JUGA: Ketika Umar Gusar dengan Pemahaman Jabariyah
Padahal, wilayah kekuasaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz saat itu sangat luas dan harta bertumpuk di Baitul Mal.
Ternyata, bukannya negara tidak mampu memberikannya lentera yang lebih terang, akan tetapi sang Amirul Mukminin lebih memilih menggunakan sebanyak-banyaknya harta dari Baitul Mal untuk kepentingan rakyat. la tidak ingin terjebak dalam penyalahgunaan harta negara. Sehingga memilih hidup sederhana.
Kala itu seseorang bertamu ke tempatnya. Dalam ruangan yang remang-remang, Amirul Mukminin menjawab salam tamu tersebut seraya bertanya, “Apakah kedatanganmu ini untuk keperluan negara atau pribadi?”
“Saya kemari untuk membicarakan urusan pribadi dengan Anda,” jawabnya.
BACA JUGA: Tangis Takut Umar bin Abdul Aziz ketika Ditunjuk Menjadi Khalifah
Umar lantas mematikan lenteranya sehingga suasana menjadi gelap temaram. Tamu tersebut bertanya, “Mengapa kau matikan lentera itu?”
“Bukankah engkau kemari untuk urusan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan negara? Lentera beserta cahayanya ini dibayar oleh negara karena itulah aku matikan agar tidak terjadi penyelewengan penggunaan harta negara,” jelasnya. []
SUMBER: CERITAINSPIRASIMUSLIM