KEGEMARAN Kisra Nusyirwan adalah berburu. Ia seorang kisra (kaisar) di negeri Persia. Pada suatu hari, ia pergi berburu bersama para menteri dan hulubalang kekaisarannya. Banyak binatang buruan didapatkannya. Mereka menyembelih dan akan memasaknya. Barulah mereka sadar mereka tidak membawa garam. Memasak daging tentu memerlukan garam. Tanpa garam, daging panggang akan hambar rasanya.
“Kita tidak punya garam,” kata seorang hulubalang.
BACA JUGA: Apakah Anda Seorang Pemimpin?
Kisra Nusyirwan mendengarnya. Ia memanggil hulubalang itu.
“Di dekat tempat ini ada desa yang berpenduduk. Di sana orang menjual garam. Carilah garam di sana. Belilah dengan harga layak dan jangan memaksa. Kalau tidak ada yang mau menjual garam, itu karena mereka membutuhkannya. Pergilah ke tempat lain. Cari garam di situ,” titah Kisra.
“Baik, Baginda,” sahut hulubalang itu.
Seorang menteri heran, bagaimana Kisra Nusyirwan begitu rinci memerintah hulubalangnya. Padahal, hanya perkara garam, barang yang sangat sepele dan harganya pun sangat murah.
“Baginda,” kata menteri itu. “Garam itu barang yang sangat murah. Untuk kepentingan seorang kisra, rakyat tidak akan keberatan memberikannya cuma-cuma.”
“Aku tidak mengizinkan kalian merampas dari rakyat, walaupun hanya sebutir garam,” kata Kisra Nusyirwan.
“Pemerasan itu berawal dari hal-hal yang kecil. Makin lama makin besar. Jika seorang penguasa mengambil sebuah kurma milik rakyatnya tanpa membayar, kerabat istana akan merampas sepohon kurma itu,” ujar Kisra.
BACA JUGA: Balasan Bagi Orang yang Amanah
“Baginda terlalu berlebihan,” kata menteri itu.
“Tidak. Aku tidak akan mengizinkan perampasan hak dari rakyat betapa pun kecilnya. Kalau kau kuizinkan merampas lima butir telur milik rakyat, kau pasti akan merampas seribu ekor ayam. Karena itu, aku tidak mengizinkan perampasan hak walau sebutir garam.”
Menteri dan hulubalang diam. Dalam hati mereka membenarkan kata-kata Kisra Nusyirwan tersebut. []
SUMBER: 31 Cerita Bada Isya. Karya: Sofiah Mashuri. Penerbit: Remaja Rosda Karya