PESEPAKBOLA Jerman keturunan Turki, Mesut Ozil, menyerukan umat Islam di dunia untuk melawan Islamofobia dengan kebaikan.
Dalam sebuah postingan Twitter, Ozil mengutip sebuah ayat dari Alquran tentang kebaikan dan kejahatan.
“Baik dan jahat tidak bisa sama. Menanggapi kejahatan dengan yang terbaik, maka orang yang berseteru dengan Anda akan menjadi seperti teman dekat,” kata Ozil.
BACA JUGA: Kecewa pada Klub terkait Muslim Uighur, Ini Kata Mesut Ozil
Ozil memaparkan, Islamofobia dan anti-Islam tumbuh di Eropa dan di belahan dunia lain di mana media turut memainkan peran besar. Dia pun menyampaikan tanggapan pribadinya soal bagaimana cara menghadapi Islamofobia.
“Jawaban pribadi saya untuk itu, kita harus menanggapi Islamofobia dan anti-Islam dengan cara yang tidak akan memperkuatnya, melainkan melucuti dan membungkamnya dengan kebaikan,” kata gelandang berusia 31 tahun itu.
https://www.instagram.com/p/CHzlvqOLfFK/
Ozil bergabung dengan klub Liga Utama Inggris Arsenal pada 2013 dan telah mencetak 44 gol dengan 77 assist dalam 254 pertandingan untuk The Gunners itu. Dia juga bermain untuk Schalke dan Werder Bremen Jerman serta raksasa Spanyol Real Madrid. Ozil juga merupakan bagian dari skuad pemenang Piala Dunia 2014 Jerman.
Kepedulian Ozil terhadap umat Muslim bukan hanya kali ini dia tunjukkan. Akhir Desember 2019, dia mengunggah sikapnya terhadap kondisi Muslim Uighur di Xinjiang, China. Namun unggahan di akun Twitter-nya itu menuai kecaman dari sejumlah warganet di China.
Ozil dalam kicauannya merujuk Daerah Otonomi Xinjiang, China, yang banyak dihuni etnis minoritas Uighur tersebut dengan sebutan Turkistan Timur. Dia mencurahkan isi hati dan doanya untuk Muslim Uighur dalam bahasa Turki.
BACA JUGA: Berani Bela Uighur, Mesut Ozil Diganjar Penghargaan Muslim Terbaik 2019
Dalam cuitan itu, Ozil mengungkapkan, “Umat yang terluka berdarah. Komunitas pejuang yang menolak penindasan. Orang-orang beriman yang berjuang sendiri melawan mereka yang memaksa keluar dari Islam. Alquran dibakar, masjid-masjid ditutup, sekolah madrasah dilarang, para sarjana Muslim dibunuh satu per satu”.
“Saudara-saudaraku dipaksa masuk ke dalam kamp. Pria China dimasukkan ke dalam keluarga (Uighur). Saudari-saudariku dipaksa menikah dengan pria-pria China,” demikian penggalan cuitan Ozil saat itu. []