PENANGGALAN awal setiap bulan dalam kalender hijriah tidak sembarangan. Apalagi untuk menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Hanya pihak berwenang yang memiliki kapasitas keilmuan lah yang berhak menetapkannya berdasarkan dua metode.
Ya, ada dua metode yang dapat digunakan untuk menetapkan awal Ramadhan. Yakni, ru’yatul hilal dan hisab. Pada pembahasan di bagian 2 ini, akan dijelaskan secara ringkas terkait metode hisab.
BACA JUGA: 1 Ramadhan di Madinah sama dengan 70 Ramadhan di Tempat Lain, Benarkah?
Jika Ru’yatul hilal terbagi dalam beberapa macam, hisab juga terbagi dalam beberapa aliran. Ada 4 aliran hisab untuk menentukan awal bulan hijriah, khususnya 1 Ramadhan.
1 Hisab Urfi
Hisab Urfi sudah dilakukan sejak masakhalifah Umar bin Khattab (17 H), yakni ketika disusun kalender Islam untuk jangka panjang.
Hisab urfi adalah sistem perhitungan kalender yang didasarkan pada rata-rata bulan mengelilingi bumi dan ditetapkan secara konvensional.
Hisab Urfi tidak selalu mencerminkan fase bulan yang sebenarnya. Ini hanya sebuah metode pendekatan.
BACA JUGA: Metode dalam Menetapkan Awal Ramadhan: Ru’yatul Hilal (Bagian 1)
Satu siklus fase bulan yang lamanya 29,53 hari didekati dengan 29 dan 30 hari. Maka, dalam kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, ru’yatul hilal atau melihat hilal secara langsung, tetap perlu dilakukan.
Kendatimetode hisab urfi ini terbilang praktis, namun karena tidak menggambarkan penampakan hilal, maka dianggap kurang akurat untuk keperluan penentuan waktu ibadah.
2 Hisab Haqiqi
Hisab haqiqi adalah perhitungan posisi benda-benda langit serta hal-hal yang terkait di dalamnya. Hisab jenis ini terbagi 2 macam:
1. Hisab wujudul hilal yang menegaskan bahwa awal bulan qamariah (termasuk Ramadhan dan Syawal) dimulai sejak saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan bulan pada saat itu belum terbenam atau masih berada di atas ufuk berapapun besarannya.
2. Hisab imkanur rukyat yang menegaskan bahwa awal bulan dimulai pada saat terbenam matahari setelah terjadi ijtima dan pada saat itu hilal sudah memenuhi syarat untuk dapat dilihat. Jadi, untuk menetapkan awal bulan menurut hisab imkanur rukyat, diperlukan kaidah tentang posisi hilal di atas ufuk.
3 Hisab Lokal
Hisab lokal yaitu menghitung posisi bulan (dinyatakan dalamsatuan derajat) sesudah maghrib padasuatu daerah pengamatan. Hasil perhitungan lokal ini minimal berupa beda azimut (sepanjang horizon) posisi bulan/hilal dari titik terbenam matahari dan ketinggian bulan.
4 Hisab Global
Hisab global yaitu menghitung posisi hilal di seluruh dunia hingga menghasilkan peta garis tanggal qamariyah yanganalog dengan garis tanggal internasional.
Nah, demikianlah dua metode yakni Ru’yatul hilal dan hisab dalam menetapkan 1 Ramadhan. Kendati kerap terdapat perbedaan dalam penetapan awal puasa Ramadhan, namun pada hakikatnya, puasa dimulai pada 1 Ramadhan. []
Referensi: Buku Pintar Muslim an Muslimah/ Karya: Rina Ulfatul Hasanah/ Penerbit: Mutiara Media/ Tahun 2013