Oleh : Rita Yusnita
Komunitas Pena Islam
islamimediajatinangor@gmail.com
DAMPAK Pandemi Covid-19 sangat terasa bagi masyarakat luas umumnya dan tiap keluarga khususnya. Kebiasaan yang terkadang sangat jarang diperhatikan, kini justru menjadi kewajiban. Seperti halnya cuci tangan dan menjaga kebersihan.
Semenjak protokol kesehatan yang tak bosan digaungkan, yaitu salah satunya dengan mencuci tangan, maka serentak setiap lapisan masyarakat melakukannya karena khawatir terkena virus yang mematikan.
Tapi, fakta di lapangan sungguh mengejutkan. Belum lama ini Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei sosial demografi. Hasil survey mengungkap bahwa Generasi Z (berusia sekitaran 10 hingga 22 Tahun) dinilai paling sulit mengikuti protokol kesehatan pencegahan covid-19 dengan benar (Tribun.com, 17/06/2020).
Kategori survei tak hanya berkisar pada usia di atas, tapi mencakup semua generasi. Seperti Generasi Baby Boomers (yang lahir antara Tahun 1946-1965), Generasi X (yang lahir antara Tahun 1965-1980), Generasi Y atau Milenial (yang lahir antara Tahun 1981-1994). Dalam survei, responden diberi pertanyaan terkait pandemi covid-19.
Garis besarnya apakah masyarakat sudah menjalankan protokol kesehatan dengan baik atau tidak. Ternyata menurut informasi yang dihimpun dari hasil survei diperoleh kesimpulan bahwa semakin matang usia seseorang, maka perilaku menjaga kesehatan semakin baik. Hal ini karena semakin tinggi usia responden, maka semakin taat responden dalam berperilaku memenuhi imbauan (masker, cuci tangan, physical distancing). Alasannya diduga karena usia memengaruhi kekhawatiran seseorang terhadap dampak pandemi pada dirinya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan. Menurut data riset hanya 20 persen dari total masyarakat yang masih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan (CNNIndonesia.com, 23/04/2020).
Ini berarti dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 52 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap kesehatan. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Purnawan Junaidi juga tak membantah temuan ini. Purnawan menyebut hal ini bahkan dapat dilihat di dalam kebiasaan sehari-hari dan pola sanitasi masyarakat Indonesia.
Misalnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki jamban dan fasilitas sanitasi yang memadai di tempat tinggalnya.
Sangat miris memang, seharusnya kepedulian ini tertanam dalam setiap individu bukan hanya saat terjadi pandemi saja. Tapi, seharusnya sudah menjadi kesadaran yang melekat pada diri setiap Muslim khususnya. Karena kebersihan dan kesucian itu merupakan perkara penting dan wajib. Rasulullah Saw bersabda, “Islam dibangun atas pondasi kebersihan dan kesucian.” Beliau menganggap kebersihan sebagian dari iman. (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi).
Jelas sekali di sini bahwa tidak ada agama atau aliran kepercayaan yang memerhatikan masalah kebersihan sedetail agama Islam. Kaum muslim sendiri setiap hari mengambil lima kali wudhu untuk menunaikan shalat harian dan ini termasuk membasuh tangan dan wajahnya.
Islam memberikan perhatian yang tinggi terhadap kebersihan dan sanitasi seperti dibahas dalam hukum-hukum thaharah. Kebijakan kesehatan negara juga diarahkan bagi terciptanya lingkungan yang sehat dan kondusif.
Maka, negara juga bertanggung jawab dalam memberikan fasilitas kebersihan dan kesehatan, menjamin fasilitas dan akses sanitasi, air bersih, jamban, dan pengelolaan sampah. Negara yang peduli dan rakyat yang taat akan menjadi sebuah kombinasi yang tepat dalam keberlangsungan suatu kehidupan.
Maka, tak akan sulit mewujudkan gerakan sadar sehat generasi milenial alias generasi Z yang paham Islam yang akan menjadi pelopor untuk menjaga kesehatan, taat protokol kesehatan. Karena itu adalah bagian dari syariat.
Islam juga menilai setiap individu yang tidak menjaga kebersihan personal sehingga menyebabkan orang lain jatuh sakit, sebagai pendosa. Nabi Saw bersabda, “Tidak boleh berbuat dharar, begitu pula tidak pula berbuat dhirar.” (HR. Ibnu Majah no 2340, shahih).
Wallahualam Bishowab. []
Kirim tulisan Anda yang sekiranya sesuai dengan Islampos lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word, ukuran font 12 Times New Roman. Untuk semua tulisan berbentuk opini, harap menyertakan foto diri. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.