LEBANON–Unit-unit militer Lebanon dilaporkan telah menghancurkan setidaknya 20 rumah pengungsi Suriah pada Senin (1/7/2019) pagi. Menanggapi peristiwa ini, sekelompok lembaga bantuan internasional khawatir akan terjadi pembongkaran lagi dan ribuan orang termasuk anak-anak dapat terpengaruh, Reuters melaporkan.
Militer Lebanon tidak segera mengomentari pernyataan lembaga bantuan itu, tetapi sebuah sumber keamanan mengatakan militer telah melakukan pemeriksaan untuk memastikan tempat tinggal pengungsi mematuhi peraturan.
BACA JUGA: Qatar Serahkan Bantuan bagi Pengungsi Suriah di Lebanon
Libanon memperketat penegakan aturan yang mengatur sekitar 1 juta pengungsi Suriah yang merupakan sekitar seperempat dari populasi negara kecil itu.
Gubuk-gubuk kecil yang terbuat dari beton tempat tinggal para pengungsi dianggap telah melanggar aturan untuk membangun bangunan semi-permanen di kamp-kamp informal mereka. Gubuk-gubuk ini ditakutkan oleh sebagian orang Lebanon akan menyebabkan pemukiman permanen para pengungsi di negara itu.
Pada April lalu, militer memerintahkan pengungsi untuk mematuhi beberapa peraturan atau menghadapi penghancuran paksa. Sehingga menyebabkan banyak pengungsi mengganti dinding beton dengan kayu dan terpal plastik, meskipun sejumlah besar tempat perlindungan tidak diubah.
“Pada 1 Juli pukul 4.30 pagi, unit-unit militer pindah ke beberapa kamp di Arsal dan menghancurkan setidaknya 20 rumah semipermanen,” kata kelompok agen-agen itu, termasuk Save the Children, Oxfam dan Dewan Pengungsi Norwegia.
“Merampas pengungsi dari tempat penampungan mereka yang sudah sangat mendasar dan meninggalkan mereka di jalanan bukanlah solusi. Penghancuran di Arsal datang dalam konteks kondisi yang memburuk bagi para pengungsi Suriah, yang dalam beberapa bulan terakhir menghadapi lingkungan yang semakin memaksa membuat hidup mereka semakin sulit,” tambahnya.
BACA JUGA: Tak Tahan Dibully Teman-temannya, Siswi Asal Suriah Ini Nekat Bunuh Diri
Beberapa politisi Libanon telah menyerukan agar para pengungsi kembali ke Suriah secara massal setelah pertempuran berakhir di banyak bagian negara itu selama tiga tahun terakhir.
Namun, meskipun beberapa pengungsi telah kembali, banyak yang lainnya tampak enggan untuk kembali pulang ke Suriah. Mereka berasalan khawatir akan terjadi pembalasan atau peningkatan perang baru si Suriah. []
SUMBER: MEMO