ABDULLAH bin Zaid adalah anak dari Zaid bin Ashim bin Tsalabah, ibunya bernama Nusaibah binti Ka’ab, salah seorang sahabiyah yang terkenal. Abdullah bin Zaid termasuk dlam 70 orang rpmbongan Yastrib yang pertama-tama masuk Islam dan melakukan baiat dengan Rasulallah di Aqabah. Kesetiaan dan kecintaannya kepada beliau tidak perlu diragukan, dirinya telah ia gadaikan untuk Allah dan Rasul-Nya.
Di awal kedatangan kaum Muslimin di Madinah, belum ada satu pun penanda yang digunakan sebagai tanda bahwa waktu salat telah tiba. Orang-orang pada masa itu hanya memperkirakan kapan waktu tibanya shalat kemudian berkumpul bersama untuk melaksanakannya.
BACA JUGA: Keberaniannya Abdullah bin Zubair, Mempercepatnya ke Surga
Hal ini menimbulkan kegelisahan, hingga para sahabat pun membicarakannya untuk kemudian saling mengemukakan usulnya.
Penyalaan api, suara lonceng, tiupan terompet pun sempat diusulkan para sahabat. Namun, Rasulullah dengan tegas menolak hal itu karena merupakan bentuk tasyabbuh (menyerupai orang-orang kafir).
Kemudian Umar bin Khattab mengusulkan, “Apakah tidak sebaiknya kita mengutus seseorang untuk meyerukan panggilan shalat?”.
Rasulullah pun menyetujui usulan tersebut, lalu memanggil Bilal dan menyuruhnya mengumandangkan seruan untuk salat. Namun ketika itu Bilal belumlah menyerukan panggilan salat sebagaimana yang kita kenal sekarang, azan.
Untuk sementara, usulan Umar bin Khattab dipakai sebagai penanda waktu shalat.
Setelah itu, pulanglah para sahabat ke rumahnya masing-masing. Namun, pertemuan tadi masih menjadi ganjalan di hati salah seorang sahabat, yakni Abdullah bin Zaid. Ia terus memikirkan kegelisahan Rasulullah. Hingga ketika kembali ke rumahnya lalu tertidur, dalam tidurnya itulah ia mendengarkan azan.
Esok harinya, Abdullah bin Zaid menceritakan mimpinya kepada Rasulullah. Ia juga memberitahukan bahwa Umar bin Khattab pun telah bermimpi yang sama selama 20 hari, namun Umar tidak menyampaikannya.
BACA JUGA: Abdullah bin Abbas Sebut Umar Adalah Benteng Pertahanan para Khalifah
Rasulullah pun menanyakan perihal ini kepada Umar bin Khattab, “Apa yang menghalangimu untuk menceritakan mimpimu kepadaku?” tanya Rasulullah.
“Sesungguhnya Abdullah bin Zaid telah mendahuluiku, karenanya aku pun menjadi malu.”
Kemudian Rasulullah meminta Bilal mempelajari bacaan azan dari Abdullah bin Zaid. Setelah itu Bilal pun mengumandangkan azan.
Pembicaraan mengenai bagaimana cara mengundang umat untuk salat ini dijelaskan dalam riwayat Abu Dawud. []
Sumber: Khazanah Intelektual, Para Abdullah di Sekitar Rasulullah, Sya’ban 1434 H., hal 90, 91, 92.