JIKA hiudp adalah sebuah fungsi waktu, maka bagi seorang mukmin nilai puncaknya harus diraih dalam grafik di ujung kanan, kematian. Di sanalah harus dicitakan sebuah akhir yang setinggi-tingginya. Apapun yang kau minta, mintalah kepada Allah yang tertinggi. Surga pun bertingkatan. Maka mitalah yang paling tinggi, Firdaus. Maka dalam hal mati, ambil pilihan yang tertinggi untuk menjadi cita dan rencana. Syahid. Ah… Betapa indah dan menggetarkannya satu kata ini.
Dalam perjalanan kita meniti hidup, terkadang kita didera ragu dan bimbang tentang sang cita tinggi. Jika ‘Abdullah ibn Rawhah bimbang karena menyangkut pasukan yang dipimpinnya, kita kadang bimbang oleh alasan yang lebih mendasar; pantaskah kita meraihnya?
Seorang ikhwan yang saya cinta pernah berucap, “Ya. Cita kita memang syahid Akhi… Tetapi inilah yang ku khawatirkan; maksiat. Kemaksiatan yang kulakukan tentu telah menjauhkanku darinya. Bila selangkah aku durhaka pada Allah, rasanya aku terlempar jauh dari dakian tangga menujunya. Cita syahid itu begitu tinggi, semakin kita bermaksiat kepada Allah, dia jadi semakin tinggi. Tak tergapai.”
“Betul Akhi”, jawab saya. “Tapi sebenarnya bukan ia yang semakin tinggi. Kitalah yang terjerembab ke dalam lubang lumpur yang kita gali sendiri. Maksiat itu. Saat itulah kita yang tersuruk jadi makin jauh dari cita yang tinggi.
Bagaimana agar kita merasa pantaskembali? ‘Abdullah ibn Rawhah mengajari kita untuk mengulang-ngulang cita tinggi itu dalam ucapan, terutama pada diri sendiri. Agar apa? Agar sang jiwa selalu ingat dan tidak lupa. Agar ia menjadi sebuah doa yang makhluq-makhluq mulia mengaminkannya. Panggillah selalu yang masih terasa tak tergapai, agar ia mendekat. Teringat saya akan sebuah ayat yang selalu kerap memberi harap.
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya.” (QS. AlAhzab : 23)
Mari kita jaga cita itu di jalan cinta para pejuang. []
Sumber: Jalan Cinta Para Pejuang/Salim A. Fillah/Pro-u Media