SAHABAT Nabi yang satu ini merupakan seorang ahli pikir yang ulung, ia memiliki pikiran cemerlang dan tulus. Juga bercermin dari ucapannya yang berbobot serta prinsipchidupnya yang lurus.
Dia adalah Miqdad bin ‘Amr yang termasuk pada rombongan orang pertama masuk islam, sehingga akibatnya ia harus merasakan dan menanggung pedihnya penderitaan dari kejamnya kaum Quraisy.
Suatu Ketika Miqdad diangkat menjadi Amir oleh Rasulalah SAW di suatu daerah. Tatkala kembali. Rasul bertanya kepada Miqdad, “Bagaimana pendapatmu tentang menjadi amir?”
BACA JUGA: 4 Abdullah Sahabat Nabi, Ini Keistimewaan Mereka
Miqdad pun menjawap pertanyaan tersebut dengan jujur, “Anda telah menjadikanku menganggap diri berada di atas semua manusia sedangkan mereka semua berada di bawahku. Demi yang telah mengutus Anda telah membawa kebenaran, sejak saat ini, aku tidak ingin lagi menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang utuk selama-lamanya.”
Sejak Miqdad menjabat jadi Amir memang hidupnya penuh dengan pujian dan kemegahan, ia menyadari sebagai kelemahan sehingga Miqdad bertekad untuk menghindari jabatan dan menolak apabila diangkat kembali menjadi Amir.
Namun demikian, kecintaan Miqdad terhadap Islam sangatlah besar, ia memiliki tanggung jawab terhadap ancaman yang menghadang pada Islam, baik tipu daya musuh ataupun kekeliruan teman sendiri.
Suatu Ketika Miqdad ke luar Bersama dengan rombongan tentara. Saat itu suasana sangat genting sewaktu-waktu musuh bisa menyerang.
Akhirnya demi keamanan Bersama, komandan pasukan melarang untuk tidak menggembalakan hewan tunggangannya. Akan tetapi ada salah satu prajurit yang tidak mengetahui hal tersebut, tatkala komandan pasukan mengetahuinya prajurit menerima hukuman yang sangat berat.
BACA JUGA: Wahai Fulan, Marilah Kita Bertanya pada Sahabat-Sahabat Nabi
Pada saat itu Miqdad kebetulan lewat melihat prajurit tersebut memohon ampun, karena Miqdad penasaran ia langsung menanyakan hal tersebut. setelah mendengar ceritanya Miqdad paham kemudian membawa prajurit tersebut menemui komandan pasukan.
Miqdad menjelaskan persoalannya. Dan pada akhirnya komandan pasukan menyadari kesalahan dan kekeliruannya serta minta maaf kepada prajurit bawahannya. Alhasil semua prajurit pun memaafkannya. []
Dari kisah tersebut bisa kita ambil hikmahnya betapa tingginya jabatan atau posisi kehidupan kita tetap rendah hati dan tidak sombong. pujian-pujian yang selalu dilontarkan orang lain jangan dijadikan sebagai kesombongan kemudian merasa bangga tapi pujian tersebut kembalikanlah pada-Nya karena yang berhak dipuji ialah Allah SWT. []
SUMBER: 60 KISAH SERU SAHABAT RASUL/UMMU AKBAR/MIZAN