SLEMAN–Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso (42) tinggal di rumah kontrakan di Jalan Berjo-Pare, RT 05 RW 04, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Diketahui bahwa di areal kontrakan tersebut ada sebuah makam dan ritual aneh.
Saat didatangi ke lokasi, makam itu berada di sisi selatan rumah kontrakan Toto. Makam itu berada di sepetak tanah kosong di depan bangunan yang disebut Pagelaran Pisowanan yang biasa digunakan untuk menggelar pertemuan.
Sekilas, kuburan itu terlihat seperti gundukan tanah berukuran sekitar 50 sentimeter. Makam itu berada persis di depan pagar putih dengan tinggi sekitar 50 sentimeter. Ada tiang-tiang yang dikelilingi dengan kain batik di depan makam tersebut.
BACA JUGA: Usai Keraton Agung Sejagat, Kini Muncul Sunda Empire yang Bikin Geger
Di rumah kontrakan itu Toto tinggal bersama si Ratu Fanni Aminadia. Rumah kontrakan itu juga dia gunakan sebagai tempat berjualan angkringan.
Pj Kepala Desa Sidoluhur, Sudarmanto mengatakan makam itu baru diketahui setelah proses penggeledahan yang dilakukan polisi pada Rabu (15/1/2020). Warga curiga setelah melihat ada gundukan tanah.
“Warga tanya kepada Bu Mursinah (penanggung jawab rumah kontrakan) ini gundukan apa, dijawablah ini makam dari janin Fanni,” ujar Sudarmanto di lokasi kontrakan ‘Raja’ Toto, Jumat (17/1/2020).
Dari keterangan Mursinah, janin yang dikubur itu berusia sekitar tiga bulan. ‘Ratu’ Fanni kabarnya mengalami miskram (keguguran). “Usianya janin itu sekitar tiga bulan, kabarnya miskram,” terangnya.
Keberadaan makam ini diperkirakan sekitar satu bulan yang lalu. Salah satu tetangga Toto, Kartijo (47) menuturkan ada ritual-ritual aneh di makam tersebut.
Pria yang rumahnya berada persis di depan kontrakan Toto menuturkan, ritual itu dilakukan sekitar pukul 02.00 dini hari. Ada puluhan orang yang melakukan ritual. Menurutnya, mereka merupakan pengikut Keraton Agung Sejagat yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah.
“Waktu ritual ada puluhan orang, itu mereka dari pengikut yang Purworejo. Kalau dari warga sekitar tidak ada yang ikut,” kata Kartijo.
Saat ritual digelar, para pengikut kerajaan sejagat itu hanya menggunakan pakaian biasa. Para pengikut itu menghadap ke makam dan menyembah makam tersebut. Kartijo pun dibuat heran melihat aksi tersebut.
“Pakaiannya cuma pakaian biasa. Ritualnya tidak lama paling hanya 30 menit. Mereka semua menyembah ke arah makam,” bebernya.
Kehadiran makam di rumah kontrakan sekaligus angkringan itu tidak dikehendaki masyarakat. Setelah musyawarah pihak pemerintah desa, warga dan penghuni kontrakan yang diwakil Mursinah akhirnya memindahkan janin itu ke pemakaman umum di makam Penggel, Dusun Pare Dua, Desa Sidorejo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.
Pemindahan makam dilakukan pada Jumat (17/1) sekitar pukul 16.00 WIB. Proses pembongkaran dan pemindahan makam dilakukan oleh pemerintah desa dan warga disaksikan oleh perwakilan Keraton Agung Sejagat.
Sebelum proses pembongkaran, pemangku agama setempat melafalkan doa. Proses pembongkaran berlangsung cepat, tidak sampai 15 menit. Tanah gundukan digali dan tidak sampai setengah meter ditemukan kendil yang berisi janin sang ‘Ratu’.
“Sudah sempat dibuka, itu isinya setengah janin,” kata Sudarmanto.
Janin yang diperkirakan berusia tiga bulan itu diberi nama oleh ‘Raja’ Toto. Nama yang dipilih adalah Cakradara.
BACA JUGA: Sultan Kasepuhan Cirebon Angkat Bicara soal Munculnya Keraton Agung Sejagat
“Cakradara dipilih karena sedapatnya. Yang memberi nama Toto,” terang pemangku agama Desa Sidoluhur Susilo Wardoyo.
Hingga saat ini polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap ‘Raja-Ratu’ Keraton Agung Sejagat di Polda Jawa Tengah. Sang Ratu Fanni disebut masih sulit dimintai keterangan dan terkesan masih halu soal kegiatan maupun ritual yang dilakukan.
“Kalau yang saudara TS (Toto Santoso) ya ini sudah langsung memberikan penjelasan dengan mudah. Kalau FA (Fanni Aminadia) ini masih merasa bahwa dia memang mendapatkan amanah, mendapatkan wangsit untuk menjaga perdamaian dunia,” kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel di rumah dinasnya, Jalan Diponegoro, Semarang, Jumat (17/1). []
SUMBER: DETIK