DI masyarakat Indonesia,banyak beredar mitos seputar daging kambing. Mitos-mitos ini banyak beredar, terutama saat datangnya hari raya qurban dimana daging qurban yang berasal dari kambing banyak ditemui.
Pakar gastroenterologi, sebuah ilmu yang mempelajari tentang penyakit pada sistem pencernaan, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Syam, mengungkap beberapa mitos seputar daging kambing.
“Jika ingat daging kambing, saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya,” kata Ari, di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Jumat (1/9/2017).
Salah satu mitos tersebut, menurut Ari, Â yakni jika makan daging kambing berpotensi menaikkan tekanan darah. Jadi masyarakat yang menderita hipotensi atau tekanan darah rendah, dianjurkan makan kambing agar tensinya naik.
Ari menjelaskan bahwa tekanan darah rendah bisa disebabkan karena berbagai hal, bisa karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur.
Selain itu, tensi yang rendah juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahkan gagal jantung.
“Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa tensi darahnya rendah langsung mengkonsumsi daging kambing secara berlebihan. Kalau tensi turun karena gangguan jantung makan daging kambing justru akan fatal dan memperburuk keadaan,” ucapnya.
Ia juga mengemukakan dampak langsung akibat mengonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit, dan berpotensi memperparah seseorang yang diketahui menderita penyakit asam lambung. Belum lagi, lanjutnya, efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah.
“Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan buat yang siap-siap mengosumsi daging kurban, silahkan mengosumsi daging kurban dan jangan berlebihan. Jangan lupa imbangi banyak makan buah dan sayur mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan,” kata dia. []