JAKARTA- Irjen Umar Septono tidak memarahi warga yang menabrak mobil dinasnya. Kakor Sabhara Baharkam Polri ini malah mendatangi dan bersilaturahmi dengan penabraknya itu, lalu meminta maaf.
Awalnya, Umar enggan menceritakan kejadiannya Namun, akhirnya Umar bersedia dan menjelaskan alasannya kenapa justru menemui orang yang menabraknya.
“Jadi gini, saya kan muslim. Tidak ada satu pun daun jatuh tanpa kehendak Allah, tidak ada suatu peristiwa tanpa kehendak Allah. Dan pasti ada hikmahnya,” ujar Umar saat berbincang dengan detikcom, Kamis (6/7/2017) kemarin seperti dikutip Detik.com
Insiden tabrak belakang yang dialaminya pada Rabu (21/6/2017) lalu di Tol Cipali, dianggapnya sebagai musibah. Ia pun berpikir, penabrak mobilnya itu juga tidak menghendaki adanya musibah itu.
“Faktanya mobil saya ditabrak itu pahit. Tapi karena ini ketetapan Allah, saya tidak akan marah, maka dengan rendah hari saya mendatangi yang bersangkutan,” ujarnya.
Pada saat kejadian penabrakan, Umar saat itu tidak turun dan menemui Suyatim, pemilik mobil yang menabraknya, karena sedang tergesa-gesa untuk melaksanakan tugas mengecek kondisi arus mudik ke Jawa. Dia saat itu hanya meminta kepada ajudannya untuk mengecek kondisi Suyatim dan berpesan agar tidak memarahi sopirnya yang belakangan diketahui bernama Manijan.
Setelah kejadian itu, Umar selalu teringat insiden itu. Ia kemudian meminta ajudannya untuk mengecek alamat pemilik kendaraan ke Samsat.
“Saya yakin dia dalam kondisi ketakutan. Karena yang ditabrak itu mobil polisi dan lebih ketakutan lagi dia difoto mobilnya, kan dicek itu di Samsat. Sepanjang hari saya ingat, kemudian saya minta ajudan cepat dicari alamatnya,” ujarnya.
“Saya meminta maaf kepada mereka, saya datang hanya untuk bersilaturahmi saja sekaligus ingin mengecek kondisinya, apakah ada yang terluka atau tidak. Karena saya punya pengalaman tabrakan, saat kejadian dia bilang enggak apa-apa, eh besoknya ternyata meninggal,” lanjutnya.
Meski dirinya seorang polisi berpangkat jenderal, namun Umar tidak merasa berat hati untuk meminta maaf. “Semua ini kan amanat Allah. Tuhan saja maha pengampun, masa kita sesama manusia tidak saling memaafkan. Letakan dunia di tangan jangan di hati, pangkat, kedudukan dan materi itu hanya fana. Maka kalau misalnya pangkat diambil itu kita tidak perlu sakit hati,” pungkasnya.[]