ABDURRAHMAN Wahid, dikenal sebagai Gus Dur, sosok pemikir moderasi beragama di Indonesia. Gus Dur menekankan pentingnya toleransi, dialog, dan kerjasama antarumat beragamasebagai fondasi untuk menciptakan kedamaian.
Ia percaya bahwa moderasi bukan sekadar sikap, melainkan suatu cara hidup yang mengajak setiap individu untuk menghargai perbedaan dan membangun harmoni dalam masyarakat. Dengan gagasannya, Gus Dur menjembatani perbedaan dan memperkuat persatuan bangsa dengan moderasi beragama.
Moderasi beragama dapat dijelaskan sebagai sikap beragama yang stabil dan tidak berlebihan, serta menghargai perbedaan antarumat beragama. Hal ini berarti seseorang yang moderat dalam beragama tidak akan menunjukkan sikap berlebihan dalam menghayati ajaran agamanya.
Sebagai contoh, Gus Durpernah menyatakan bahwa moderasi beragama adalah tentang berada di tengah-tengah, tidak terlalu keras dalam menghayati ajaran agama sendiri, namun juga tidak terlalu lembut sehingga mengabaikan prinsip-prinsip dasar agama.
Moderasi beragama bukan hanya soal individu, tetapi juga soal masyarakat dan negara. Moderasi beragama dapat membantu menghilangkan konflik dan meningkatkan toleransi antarumat beragama, sehingga Indonesia dapat menjadi contoh ideal dalam mempraktikkan toleransi.
Moderasi beragama menjadi strategi penting untuk menjembatani perbedaan-perbedaan keberagaman menuju Indonesia yang kaya akan keberagaman yang ada.
Pada bahasan ini menyampaikan bahwa moderasi beragama mengarahkan pada upaya dalam menciptakan kedamaian di Indonesia, dengan menekankan penghargaan terhadap perbedaan serta mendorong toleransi antarumat beragama.
BACA JUGA: Pubertas Beragama
Setiap individu memiliki hak untuk memeluk agama mereka tanpa mengalami diskriminasi, yang menjadi dasar bagi kehidupan harmonis dalam masyarakat yang beragam. Gus Dur, sangat menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan mengutamakan dialog sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.
Saya sebagai mahasiswa berpendapat bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam menghadapi moderasi beragama sebagai penghubung antara berbagai perbedaan.
Pertama-tama, mereka dapat menghindari ekstremisme dengan menginternalisasi nilai-nilai moderasi, dalam menerima informasi dan mengembangkan pola pikir yang kritis. Selanjutnya, mahasiswa juga berperan dalam menciptakan suasana akademik yang inklusif, di mana perbedaan keyakinan dihargai dan kerukunan antarumat beragama diperkuat.
Bagi saya mahasiswa saat ini harus menyadari pentingnya moderasi beragama sebagai cara untuk menjembatani perbedaan di antara berbagai kelompok. Mereka percaya bahwa dengan mengedepankan sikap toleransi dan saling menghormati, perbedaan yang ada bisa menjadi kekuatan, bukan penghalang.
Moderasi beragama membantu menciptakan suasana yang damai dan harmonis, di mana setiap orang dapat hidup berdampingan meskipun memiliki keyakinan yang berbeda.
Dengan sikap bermoderasi dapat memberikan jalan terang bagi keberlangsungan menuju kedamaian di Indonesia, karena mengedepankan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam hal ini, pemerintah memiliki peran kunci dalam menerapkan program-program moderasi beragama.
BACA JUGA:Â Moderasi Makan dari Rasulullah SAW
Namun, keberhasilan dari upaya tersebut juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Gus Dur, moderasi beragama seharusnya menjadi dasar dalam membangun hubungan yang harmonis antarumat beragama, di mana setiap individu dihargai tanpa memandang latar belakang agama atau budaya mereka.
Tokoh seperti Gus Dur, yang dikenal sebagai pendorong toleransi, menegaskan bahwa moderasi beragama tidak hanya sekadar menahan diri dari tindakan ekstrem, tetapi juga melibatkan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman sebagai aset berharga bagi bangsa.
Dengan mendorong sikap saling menghormati antarumat beragama, sehingga perbedaan dapat dijembatani menuju perdamaian.Dengan demikian, moderasi beragama menjadi kunci dalam menjaga keragaman budaya dan agama di Indonesia. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Sertakan foto diri, Kartu Tanda Identitas (KTP/KTP/SIM), akun media sosial (IG, Facebook, atau Tiktok), dan imel.Â