ORANG yang sedang berpuasa, dianjurkan untuk tidak mubalaghah (kuat-kuat) dalam berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) saat berwudhu, karena dikhawatirkan gara-gara mubalaghah tersebut, air masuk ke dalam perut, sehingga puasanya menjadi batal.
Hal ini berdasarkan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, riwayat shahabat Laqith bin Shabrah radhiyallahu ‘anhu:
أسبغ الوضوء وخلل بين الأصابع وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائما
Artinya: “Sempurnakanlah wudhu, sela-selalah antar jari, dan mubalaghah-lah dalam istinsyaq, kecuali anda sedang puasa.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam yang Empat, dan dishahihkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Dan dalam sebuah riwayat lain, juga dari shahabat Laqith bin Shabrah, diriwayatkan oleh Al-Hafizh Abu Bisyr Ad-Daulabi di dalam kumpulan riwayat Sufyan Ats-Tsauri, disebutkan:
إذا توضأت فأبلغ في المضمضة والاستنشاق ما لم تكن صائما
Artinya: “Jika anda berwudhu, mubalaghah-lah dalam berkumur dan istinsyaq, kecuali saat anda sedang puasa.”
Sanad Hadits ini shahih, sebagaimana disebutkan oleh Ibn Al-Qaththan.
Adapun menurut Al-Mawardi, orang yang berpuasa hanya tidak dianjurkan mubalaghah dalam istinsyaq, sedangkan mubalaghah dalam berkumur tidak apa-apa. Beliau berdalil dengan zhahir Hadits Laqith bin Shabrah yang hanya menyebutkan istinsyaq saja (Hadits pertama di atas).
Beliau membedakan antara berkumur dan istinsyaq, bahwa air yang masuk saat berkumur masih bisa dikeluarkan sehingga tidak masuk ke dalam perut, sedangkan air yang masuk ke dalam pangkal hidung tidak bisa.
Wallahu a’lam. []
Rujukan: Mathali’ Ad-Daqaiq Fi Tahrir Al-Jawami’ Wa Al-Fawariq, karya Imam Jamaluddin Al-Isnawi Asy-Syafi’i, Juz 2, Halaman 26-27, Penerbit Dar Asy-Syuruq, Kairo, Mesir.
Facebook: Muhammad Abduh Negara