GHIBAH, ngomongin orang, atau menggunjing orang, selain berdampak buruk bagi kehidupan sosial, juga berdampak buruk bagi kehidupan setelah mati, yaitu kehidupan akhirat. Tak tanggung-tanggung, Allah SWT mengancam para pelaku ghibah dalam Alquran.
Allah SWT berfirman yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12).
BACA JUGA: Jauhi Perbuatan Ghibah dan Namimah!
Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa orang yang melakukan ghibah diibaratkan sedang memakan daging bangkai. “Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim). (H.R. Bukhari).
Ghibah juga mempunyai perbedaan yang sangat tipis dengan fitnah. Seorang ulama tafsir, Masruq mengatakan, “Ghibah adalah jika engkau membicarakan sesuatu yang jelek pada seseorang. Itu disebut mengghibah atau menggunjingnya. Jika yang dibicarakan adalah sesuatu yang tidak benar ada padanya, maka itu berarti menfitnah (menuduh tanpa bukti).” Demikian pula dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri. (Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayil Qur’an, 26: 167).
Dengan ancaman yang tidak main-main, sudah sepatutnya kita berusaha sekuat tenaga menghindari yang namanya ghibah ini. Lantas apakah ada cara mudah menghindari ghibah? Salah satu cara yang bisa dicoba adalah berhenti mendengarkan ghibah!
Logikanya, orang yang hendak berghibah akan mencari partner ketika membicarakan orang lain. Maka jika tidak ada lawan bicara, ghibah dengan sendirinya akan hilang. Apalagi, ancaman bagi yang mendengarkan ghibah juga sangat mengerikan.
BACA JUGA: Lakukan 4 Hal Ini saat Mendengar Saudara Anda Dighibahi
Orang yang mendengarkan ghibah mendapatkan dosa yang sama seperti pelakunya. Sehingga dia tidak selamat dari dosa ghibah. Kecuali, jika ia mengingkari dengan lisannya atau dengan hatinya.
Ibnu Mubarak mengingatkan agar kita pergi meninggalkan ghibah, atau perbuatan menggunjing orang, sebagaimana lari dari kejaran singa.
Akhir kata, daripada mengurusi aib orang lain, mengapa kita tidak menyibukkan diri dengan aib sendiri? Wahai umat muslim, jagalah hak dan kehormatan saudaramu. []