Oleh: Ova Laela Muttaqiyah
ADA beberapa sahabat bertanya soal tahfidzul Qur’an. Bagaimana menghafal dengan cepat? Dan mana yang lebih baik antara menghafal atau belajar tajwid dahulu?
Pembahasan kali ini adalah, mana yang lebih baik antara tajwid dan tahfidz?
Di TPA dulu, kita biasa dibimbing menghafal surat-surat pendek meski pun bacaan Al-Qur’an masih sebatas alif, ba, ta. Ini disebabkan karena masa kanak-kanak adalah usia emas bagi kegiatan hafalan, apa saja. Walau pun begitu, kegiatan belajar tajwid tetap berjalan. Ini tidak masalah.
BACA JUGA: Sepantasnya bagi Penghafal Quran …
Seiring berjalannya waktu, kita terus membaca Al-Qur’an di bawah bimbingan ustadz/ustadzah, sampai selesai 30 juz. Meski pun harus menempuh dua sampai tiga tahun. Setelah itu diadakan khotmil Qur’an binadzri. Alhamdulillah, sambil membaca, sambil terus memperbaiki makhorijul huruf dan hukum bacaannya.
Untuk melanjutkan ke tingkat hafalan Al-Qur’an alangkah lebih baik jika ilmu tajwid sudah dikuasai. Sehingga nantinya tidak merusak arti dan keindahan bacaan Al-Qur’an kita.
Masih ingat Kyai Moenawwir? Seorang ahlul Qur’an terkemuka dari Krapayak, Yogyakarta? Sejak kecil orang tuanya terbiasa melatih beliau agar bisa khatam Al-Qur’an setiap seminggu sekali. Karena hal ini sudah menjadi kebiasaan sehingga kalam-Nya sudah tak asing lagi di seluruh panca indera. Yakni hati, mata, dan telinga. Sebagian besar telah terekam kuat di dalam ingatan hingga dewasa. Sehingga proses menghafal beliau cukup singkat
BACA JUGA: Kiat Hafal Quran ala Muzammil Hasballah
Sahabat, ketahuilah. Dari kisah ini dapat diambil hikmah bahwa menghafal Al-Qur’an memang sebuah perjuangan panjang. Mulai dari belajar huruf, lalu tajwid, sampai rutin khataman seminggu sekali, barulah menghafal. Bukan serta merta tiba-tiba selesai hafal dan ditinggalkan. Tapi ia perlu dijaga seumur hidup.
Selain itu, untuk membacanya kita perlu belajar tajwid dahulu. Agar kegiatan tahfidz berjalan lebih mudah. Apabila ilmu ini sudah dikuasai maka dalam membaca Al-Qur’an akan ditemukan lagu atau nada kita sendiri. Meski pun demikian, belajar lagu-lagu tilawah tetap dianjurkan untuk keindahan saat membaca.
Nah, siapa ingin menjadi ahlul Qur’an?
Maka pelajari dulu ilmu tajwidnya … []
Yogyakarta, 5 Jumadil Akhir 1437 H
Data pribadi: Ova Laela Muttaqiyah adalah seorang santri sekaligus pegiat literasi di Komunitas Bisa Menulis. Beberapa puisinya masuk dalam antologi bersama. Baginya menulis adalah salah satu aktivitas untuk menemu bahagia bagi hati dan jiwa. Untuk silaturahim, penulis bisa dihubungi lewat akun facebook bernama Muqoddasah.