Oleh: Muhammad Pizaro
Penulis Koordinator Kajian Zionisme Internasional
FILM Dracula Untold akhirnya selesai diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Saya sengaja menulis artikel ini pasca berakhirnya masa tayang di bioskop, agar para pembaca tidak penasaran dan pergi berbondong-bondong menghabiskan uang hanya untuk menyaksikan film ini.
Di Amerika Serikat film ini hanya nangkring di posisi dua dengan perolehan $ 23 juta atau Rp 281 milyar. Sedangkan di Inggris, sampai pekan pedua Film Dracula Untold gagal total dengan hanya meraup pendapatan $ 1,3 Juta. Saya sendiri saya hanya menonton lewat saluran film online di internet.
Film ini menceritakan kisah Vlad “Dracula” Tepes (Luke Evans) mengambil setting pada abad 15. Vlad adalah Pangeran Transylvania dan seorang ksatria yang sangat hebat di semua pertempuran.
Namun suatu ketika dia harus menghadapi Muhammad Al Fatih yang digambarkan sebagai raja jahat yang mengancam seluruh orang di desanya.
Disaat Vlad tidak yakin melawan pasukan Turki Utsmani, dia memutuskan pergi ke sebuah tempat misterius. Tempat ini dihuni oleh raja vampir. Alih-alih meminta bantuan makhluk anek itu, Vlad Akhirnya menjual dirinya kepada kuasa kegelapan untuk dijadikan Dracula. Tujuannya: mendapatkan kekuatan supranatural untuk mengalahkan pasukan Turki!
Film Dracula Untold sebaiknya tak ditonton umat Islam. Selain, tak memiliki nilai ilmiah, film ini juga hanya mencari rating penonton. Akhir dari film ini adalah Sultan Muhammad Al Fatih meninggal digigit Vampir. Tentu ini hanya film asbun (asal bunyi).
Produser film ini adalah Michael De Luca. Selama ini, dia lebih dikenal sebagai penulis film horor ketimbang penulis sejarah. Pria berdarah Yahudi ini tak pernah sedikit pun berpengalaman melakoni film-film ilmiah.
Beberapa film horor yang pernah digarapnya antara lain Freddy’s Dead: The Final Nightmare (horor komedi), Ghost Rider (film Supranatural), dan Frigh Night (film Vampir).
Selain film horror, pria berumur 49 tahun ini juga terlibat dalam film tentang kisah bintang pornografi Eddie Adams di tahun 1997.
Misi film ini jelas hanya rating. Mencari sebanyak-banyaknya pemasukan untuk balik modal. Dengan memunculkan nama Al Fatih, sang produser ingin mencari pangsa pasar umat Islam. Tanpa sadar kita sedang digiring menjadi target pemasukan finansial Barat.
Saya prediksi film-film seperti ini akan banyak ke depannya. Semoga umat memahami pola-pola ini.
Seperti diketahui, Sultan Muhammad Al Fatih adalah pahwalan Islam yang berhasil menaklukan Konstantinopel. Panglima muda ini berkali-kali menjadi target pembunuhan kelompok Kristen Eropa, namun selalu gagal.
Al Fatih meninggal dunia pada 3 Mei 1481. Beliau meninggal karena penyakit radang yang dideritanya. Selama masa-masa sakit, Al Fatih tidak pernah menghiraukannya karena kecintaannya terhadap jihad. Sebagaimana Shalahuddin Al Ayyubi, Al Fatih adalah sosok pejuang Islam yang masih menyisahkan trauma panjang Kristen dan Barat. []