PAGI ini cerah Bah, tapi hatiku gerimis. Kabar yang kubaca di group WA menghentak jiwaku, seolah tak percaya, kulihat dan kubaca berita itu berkali-kali.
Beralih ke group satu lagi, tapi di sana kutemukan pula berita yang sama. Innalillahi wainnailahi rajiun. Terlah berpulang ke rahmatullah Muhammad Fanni Rahman, hari Senin 2 Agustus 2021, pukul 02.23 Wib di Yogyakarta. Terasa hangat kelopak mataku.
Teringat sembilan tahun silam Bah Muhammad Fanni Rahman, engkau datang jauh-jauh dari Jogjakarta ke Majalengka, menjadi saksi pernikahan kami di masjid kampung yang sederhana. Pagi ini kulewati masjid yang sama, berlinang air mataku mengenang semua itu. Allah…
Sabtu pagi, 9 Juni 2012. Berhias senyum di bibirmu, kau sambut aku dengan hangat, kau peluk aku dengan erat, akrab dan bersahabat, kau bisikan doa keberkahan menjelang pernikahan. “Selamat ya, barakallahulaka wabaraka’alaika wajama’abainakumma fikhair.” Doa yang membuat hatiku luruh, berlinang, dan bersimpuh atas kebesaran Allah Swt.
BACA JUGA: COVID Hari Ini
Rupanya engkau lebih awal datang mendahului kami dari Subang, tak sendirian, melainkan kulihat pula senyum manis Ustadz Solikhin Abu Izzuddin yang kemudian memelukku dan menyampaikan khutbah pernikahan, juga rombongan Pro-U Media yang bergantian membisikan doa keberkahan.
Kehadiranmu Bah, sangat istimewa, spesial, dan berharga bagi kami. Engkau yang memiliki kesibukan luar biasa, mulai dari Masjid Jogokaryan, CEO Pernerbitan yang sedang melejit, Ketua Sahabat Al-Aqsha, Pimpinan Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu dan seabreg kegiatan di dalam dan luar negeri, tapi masih menyempatkan diri menghadiri pernikahanku yang buka apa-apa, bukan siapa-siapa.
Aku hanya penulis pemula yang karena kebaikanmu bisa menulis, karena ketulusamu pula bisa terbit sebagai buku. Perhatianmu pada penulis pemula ini sungguh luar biasa.
Maka aku menyadari bahwa hubungan penulis dan pernerbit bukan hanya urusan bisnis, lebih dari itu ada ikatan iman, cinta, dan ukhuwah untuk bersama dalam kebaikan.
Jujur, aku ini bagai katak dalam tempurung, pergaulanku terbatas, jaringanku sedikit, dan temanku hanya itu-itu saja.
Tapi melaluimu Bah Muhammad Fanni Rahman, kau kenalkan aku dengan sesama penulis, kenalkan aku dengan para ustadz, dan kau ajak aku sowan ke para tokoh. Terbuka pikiranku, bertambah kenalanku. Melaluimu Bah, aku belajar sederhana, rendah hati dan tidak sombong.
Bila suatu hari ke Yogyakarta, kau menanyaiku, “Datang jam berapa, sudah makan atau belum, nginapnya di Omah Dakwah saja.”
Kau menyambut, menghidangkan makan, memberi tumpangan, menyediakan penginapan, bahkan membekali oleh-oleh untuk dibawa pulang. Kebaikan macam apa itu, balasan apa yang engkau harapkan? Hanya doa yang bisa kami panjatkan agar Allah Swt membalas semua kebaikanmu.
Saat lulus kuliah, kau pun girang dengan mengirim pesan via WA, “Alhamdulillah, Allahu akbar.. Semua dari Allah, maka teruslah berjuang di jalan Allah. Turut bersyukur dan bahagia.”
Sungguh, aku merasa menjadi orang yang paling berharga di sisimu. Mengenangmu, terasa sesak dadaku, berlinang air mataku. Betapa aku yang sesekali berjumpa denganmu merasa sangat kehilangan, apatah lagi keluarga seperti anak-anak dan istrimu, ayah dan ibumu, atau sahabat dekat seperti Ustadz Salim A. Fillah yang sehari-harinya bersamamu. Betapa kehilangamu.
Di hari kepergianmu, mataku basah tak tertahan, beruntung ingat nasihat Ustadz Mohammad Fauzil Adhim, “Kadang seseorang ditangisi kematiannya, tetapi yang paling perlu ditangisi adalah diri sendiri, adakah ‘amal kita dapat mengejar ‘amal shalihnya? Adakah kesungguhan kita pada agama ini dapat menjadi asbab Allah Ta’ala pertemukan kita kembali dengan orang yang kita cintai itu?”
Tak ada manusia yang sempurna, namun besar dugaanku engkau orang baik, engkau meninggal dengan syahid, husnul khatimah, diampuni salah dan khilafnya, diterima iman dan islamnya.
Bila di akhirat kelak aku dimintai bersaksi tentangmu Bah Muhammad Fanni Rahman, demi Allah aku bersaksi engkau orang baik. Sedih sekali engkau meninggalkan kami, “Tapi yang mengurangi kesedihan ini,” kata Ustadz Syarif Ja’far Baraja, “Adalah masih ada tempat untuk bertemu di akhirat. Semoga bertemu di surga nanti.”
Adapun yang tertinggal hari ini, adalah aku yang mesti menangisi ‘amal-‘amalku, menagisi ibadahku, akankah menyusuli kebaikanmu dan kelak dipertemukan lagi di surga? Entahlah. Yang kutahu diri ini lemah, hina dan banyak dosa. Bila kelak tak kau temukan aku di surga, mohon cari aku dan ajak bersamamu ke dalam surga.
BACA JUGA: Tips Menghadapi Mertua
Hari ini kuceritakan kisahmu kepada istriku, anak-anaku, sahabat-sahabatku, kutulis di media sosial, dan kukirim ke group WA, tiada lain kecuali mengabarkan bahwa engkau orang baik. Semoga pula menginspirasi banyak orang untuk melakukan kebaikan sebagaimana engkau teladankan.
Pada buku-buku yang kami tulis dan berlogo Pro-U Media, ada kebaikanmu di sana, ada pahala yang berkelindan, dan megalir terus-menerus memenuhi pundi amalmu. Insya Allah.
Selamat jalan Ustadz, Abah Muhammad Fanni Rahman yang ceria, lucu, penyayang dan baik hati. Semoga Allah menyayangi, mengampuni, dan memasukanmu ke dalam surga yang abadi. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wafuanhu. []