JAKARTA–Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan uji sahih materi persiapan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) di Bangka Belitung pada akhir Februari mendatang. MUI membahas uji sahih materi terkait filantropi, ekonomi dan Islam wasatiyyah.
Wakil Ketua Panitia Pengarah, Noor Achmad, mengatakan, Indonesia memiliki potensi filantropi terbesar dibanding negara-negara lain. Maka itu, dalam mewadahi filantropi yang ada, MUI mewacanakan akan membentuk lembaga atau badan yang menaungi filantropi se-Indonesia.
BACA JUGA: MUI: Dampak Virus Corona Dapat Pengaruhi Perekonomian Global
“Oleh karena itu, ke depan kami mengusulkan ada lembaga filantropi khusus yang menaungi lembaga zakat di Indonesia bahkan di seluruh dunia,” kata Noor dalam jumpa pers di kantor MUI, Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Dirinya menilai, selama ini kedermawanan umat Islam belum dikelola dan di distribusikan dengan baik. Menurut dia, pengelolaan filantropi (kedermawanan) Islam adalah pengelolaan yang terkait antara hubungan dengan Allah dan manusia.
“Ini yang menjadi ciri khas dibandingkan dengan filantropi agama-agama yang lain. Ada hubungannya dengan Allah,” pungkasnya.
Oleh karena itu, persoalan tentang kemanusiaan universal, tidak hanya berkaitan dengan delapan asnaf (penerima) zakat, tapi juga berbagai persoalan umat Islam, termasuk di dalamnya manakala ada bencana. Noor menilai, selama ini filantropi masih bergerak pada bidang karitas.
“Kita belum mempunyai kelembagaan yang betul-betul fokus. Misalnya saja, dari mustahik menjadi muzakki,” terangnya.
BACA JUGA: MUI: Peran Media Sebagai Alat Dakwah Cara Paling Efektif
Bahkan kata dia saat terjadi bencana, lembaga filantropi yang ada baru sebatas hadir pada tanggap darurat, belum sampai pada tahap pemulihan (recovery) secara berkesinambungan.
Ia juga mengingatkan, filantropi tidak hanya terkait dengan harta benda saja, tetapi juga dengan pemikiran dan tindakan yang membantu terkait aksi kedermawanan.
“Misalnya trauma healing, ini menjadi bagian penting dari filantropi kita, karena trauma healing seperti apakah yang diinginkan oleh umat Islam dan sejauh mana bantuan daripada pakar Islam untuk melakukan trauma healing,” tutupnya. []
REPORTER: RHIO