UNTUK menemukan kebenaran, kita membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab, Dialah yang memberikan hidayah pada seseorang, agar mengetahui jalan yang benar. Semua orang bisa memperoleh hidayah dari Allah. Tapi, hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menerimanya.
Tahukan Anda, bahwa orang yang tak menerima hidayah dari Allah, itu disebabkan hatinya telah menjadi keras. Layaknya air yang disimpan di lemari es, membuat air itu menjadi beku. Jika sudah beku, maka sulit bagi kita untuk meminum air tersebut. Begitu pula hati, jika sudah keras, akan sulit menerima petunjuk Allah.
Memang, apa sih yang membuat hati seseorang menjadi keras? Ada empat penyebab yang membuat hati menjadi keras.
Pertama, banyak bicara dan meninggalkan dzikrullah
Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah kamu banyak bicara kecuali dzikrullah. Sungguh, banyak bicara itu membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang berhati keras,” (HR. Tirmidzi No. 2413, Malik dan Baihaqi).
Kedua, banyak tertawa
Kebiasaan buruk ini menjadikan hati lalai mengingat Allah. Sehingga menjadikan hati kehilangan ruh dan kesadaran jati diri. Maka tepat, jika Rasulullah ﷺ jauh-jauh hari mengingatkan untuk menghindari kebiasaan yang satu ini. Sebagaimana tertuang dalam sabdanya, “Janganlah kalian banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati,” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketiga, banyak makan
Apalagi jika yang dimakan itu berupa barang syubhat (meragukan) atau haram, atau diperoleh dengan cara yang sama. Seorang ulama, Bisyr bin Al-Harits, pernah menjelaskan bahwa banyak bicara dan makan merupakan dua penyebab hati menjadi keras. Selain menyebabkan hati keras, banyak makan akan menyebabkan badan subur dan besar syahwatnya. Inilah “bahan bakar” dari setan untuk melakukan maksiat. Sangatlah bijak Rasulullah mengajarkan kepada kita supaya puasa karena dengan puasa nafsu syahwat akan teredam.
Keempat, banyak dosa dan maksiat
Rasulullah ﷺ sangat tepat dalam salah satu hadisnya, ketika mengibaratkan dosa seperti titik hitam yang menempel di hati. Jika pelakunya bertobat lalu meninggalkan kemaksiatannya dan memohon ampun pada Allah, hatinya berubah mengkilat. Begitu juga dengan keimanan dapat bertambah dan berkurang. Dapat bertambah jika senantiasa mengingat Allah, dan berbuat kebaikan. Dan dapat berkurang dengan lalai mengingat Allah dan senang dengan kemaksiatan.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika kemaksiatannya bertambah, bertambah juga titik itu sehingga hatinya menjadi tinggi, sombong dan tak dapat menerima kebenaran,” (HR. Tirmidzi). []