PADA zaman Nabi, kita tentu mengetahui bahwasanya Rasulullah memiliki banyak sekali orang-orang yang sangat membencinya. Hal ini dikarenakan rasa dengki dan ketidak sukaan mereka atas ajaran Islam maupun Rasulullah sendiri. Namun meskipun demikian, banyak juga orang-orang yang sangat mencintai Rasulullah dan ajaran Islam setelah mengikutinya. Saking cintanya, mereka bahkan rela meninggalkan segala macam kenikmatan dunia demi ajaran Tauhid.
BACA JUGA: Ummu Haram Binti Malhan, Pendekar di Perang Qabrus
Salah satu sahabat Nabi yang menjadi suri tauladan karena perjuangan dan segala macam pengorbanan yang ia berikan untuk Islam di masa hidupnya adalah seorang pemuda bernama Mus’ab Bin Umair. Ia merupakan satu dari sekian orang yang setelah masuk islam tidak bisadigoyahkan karena keimanannya. Berikut kisah Mus’ab Bin Umair yang baik untuk disimak.
Dikisahkan pada zaman dahulu. Hiduplah seorang pemuda dari keluarga mahsyur, berpenampilan tampan rupawan dan sudah terbiasa dengan kekayaan harta dunia. Ia adalah Mus’ab Bin Umair. Orang-orang Madinah yang pertama kali melihat Mus’ab Bin Umair, mendeskripsikan kesan pertama mereka dengan :
“Seorang laki-laki, yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tidak ada orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah lelaki dari kalangan penduduk surga.”
Masa Hidup Mus’ab Bin Umair
Ia merupakan pemuda yang tampan dan sangat kaya. Dia besar di keluarga yang menyembah berhala. Lahir pada tahun 585 H (Empat belas tahun setelah kelahiran Rasulullah), hidupnya sudah terbiasa dengan kekayaan. Mus’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi merupakan pemuda keturunan Quraisy.
Ibunya sendiri, sangat menyayangi dan memanjakannya. Sampai-sampai saat dia tidur dihidangkan makanan didekatnya, tatkala ia bangun sudah ada makanan lain di samping tempat tidurnya. Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, memiliki kesan sendiri saat mendeskripsikan Mus’ab Bin Umair. Hal ini dijelaskan dalam Hadist.
Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim)
Turunnya Hidayah kepada Mus’ab Bin Umair
Lahir di keluarga jahiliyah, penyembah berhala, pecandu khamr dan penggila pesta, nyatanya membuat Mus’ab bin Umair berpikir. Meskipun hidupnya dikelilingi kemewahan, namun dia tau ada yang salah. Dia tau pada kala itu ada seorang Nabi yang tengah mendakwahkan ajaran baru secara sembunyi-sembunyi. Atas dasar belajar dan mendapat Hidayah, dia pun mendatangi Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam secara pribadi.
Setelah bertemu Rasulullah, tidak butuh waktu lama bagi dirinya untuk menerima Islam dan percaya dengan ajaran Tauhid. Lalu pada masa-masa setelahnya Mush’ab Bin Umair menyembunyikan keislamannya seperti yang dilakukan oleh sahabat-sahabat yang lain, tujuannya adalah untuk menghindari intimidasi dan celaan dari kaum kafir Quraisy, kaumnya sendiri.
Keadaan memang terasa sulit bagi Mus’ab bin Umair kala itu, namun ia tetap terus menghadiri majelis ilmu yang diadakan Rasulullah untuk menambah keilmuannya tentang agama yang baru ia peluk. Karena rasa ingin tau yang tinggi, tidak butuh waktu yang lama hingga akhirnya dia menjadi salah satu dari sekian sahabat Rasulullah yang paling dalam keilmuannya atas ajaran Islam.
Kisah Mus’ab Bin Umair dan Perjuangannya
Pada suatu ketika, Utsmani bin Thalhah melihat Mus’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah. Utsmani terkejut, lalu kemudian melaporkan apa yang telah dilihatnya kepada ibunda Mus’ab bin Umair. Ibunda Mus’ab bin Umair yang mendengar kabar itu kecewa sejadi-jadinya. Dia benar-benar tidak percaya karena anaknya berani meninggalkan kepercayaan nenek moyang karena ajaran baru yang dibenci kaum Quiraisy.
Itulah kenapa setelah mendengar kabar tersebut, Ibunda Mus’ab Bin Umair mengancam bahwa dia tidak akan makan maupun minum dan akan terus berdiri tanpa naungan, baik di siang yang panas atau di malam yang dingin, sampai Mus’ab bin Umair meninggalkan agama baru yang ia peluk.
Tentu saja sang kakak, Abu Azis bin Umair tidak tega melihat sang ibu tersiksa atas kelakukan sang adik. Hingga pada suatu ketika, Abu Azis berucap.
“Ibu, biarkanlah ia. Pada dasarnya ia adalah pemuda yang sudah terbiasa dengan kenikmatan dan kekayaan. Semisal ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya.”
Atas usul dari kakaknya tersebut. Mus’ab bin Umair ditangkap dan dikurung oleh keluarganya sendiri. Dia terus diberi perlakuan buruk oleh keluarganya sendiri. Keluarganya tidak akan berhenti sampai dia meninggalkan keislamannya dan kembali ke jalan hidup lama saat dia dilahirkan.
Hari demi hari berlalu, namun Mus’ab bin Umair tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan keislamannya. Keluarga yang kesal pun mulai melakukan siksaan fisik kepada Mus’ab. Bahkan sang ibu yang sangat menyayanginya pun ikut menyiksa Mus’ab sampai terdapat banyak sekali luka di tubuhnya.
Semenjak kejadian-kejadian beruntun terus terjadi. Mus’ab bin Umair pun kehidupannya mulai berubah. Pemuda yang awalnya hidup dengan bergelimang harta, berubah menjadi pemuda lusuh yang penampilannya tak lebih dari seorang pemuda miskin yang sudah tidak punya apa apa. Zubair bin al-Awwam mengatakan sesuatu tentang Mus’ab Bin Umair :
“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabat di Masjid Quba, lalu kemudian datanglah Mush’ab bin Umair dengan berpakaian kain burdah (jenis kain yang bahannya kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang yang melihatnya pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam.
Mereka menjawab salamnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda,
“Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya.” (HR. Hakim No. 6640)
Peranan Mus’ab Bin Umair Dalam Islam
Karena memiliki keilmuan yang sangat tinggi tentang keislaman, Mus’ab Bin Umair diutus oleh Rasulullah untuk berdakwah kepada penduduk Yastrib, Madinah. Tatkala berdakwah di Madinah, tidak memakan waktu lama hingga ajaran yang diajarkan Rasulullah diterima oleh penduduk disana. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena kepandaian dari Mus’ab Bin Umair dalam Menyampaikannya.
Mus’ab juga mendatangi tokoh yang ada di sana kala itu, yaitu Saad Bin Muaz. Dengan bermodal ajaran yang telah diajarkan Rasulullah, Mus’ab bin Umair pun berniat mendakwahkannya kepada Saad Bin Muaz. Saad bin Muaz kala itu merupakan tokoh yang ternama dan memiliki pengaruh besar di daerah tersebut.
“Bagaimana kiranya kalau kau duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi” Ujar Mus’ab kala itu saat bertemu dengan Saad.
Saad pun menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak.”
BACA JUGA: Kisah Syahid Ummu Waraqah
Mush’ab menjelaskan kepada Saad apa itu keislaman, lalu di kesempatan itu pula dia dibacakan Alquran. Saad memiliki kesan yang sangat dalam pada pertemuannya kepada Mus’ab kala itu. Karena mengetahui ketulusan hati Mus’ab dan keindahan Islam. Saad pun menjadi Mualaf. Bahkan, karena pengaruhnya yang besar di zaman itu. Dia mengajak seluruh pengikut dan orang yang ia kenali untuk ikut memahami ajaran islam.
Tidak sampai satu hari hingga seluruh penduduk daerah tersebut masuk Islam, kecuali Usharim. Karena penerimaan yang terbuka dan perjuangan meyakinkan dari Mus’ab Bin Umair tersebutlah yang mendasari Rasulullah Hijrah ke Madinah beberapa waktu kemudian. Andai Mus’ab Bin Umair tidak cukup meyakinkan penduduk Ystrib untuk menerima ajaran Islam, ayalnya pasti perlakuan mereka akan sama dengan perlakuan kaum Kafir Quraisy yang ada di Makkah saat Rasulullah datang. []
SUMBER: DALAMISLAM