MEKSIKO—Sebuah komunitas Muslim yang dinamis terus berkembang di jantung suku Maya di Meksiko. Uniknya, peci laki-laki dan jilbab wanita bercampur dengan budaya Maya tradisional.
“Orang-orang sering menatap kami dengan pandangan yang ketika kami beribadah. Mereka mengira kami adalah teroris dan mereka takut pada kami,” ujar Mustafa kepada Reuters, Kamis (27/10/2017).
“Namun seiring berlalunya waktu dan perbuatan kami sendiri, pendapat itu telah berubah,” tambahnya.
Menurut sensus terakhir, sekitar 83 persen orang Meksiko beragama Katolik.
Dan meskipun jumlah umat Islam kurang dari 1 persen dari 120 juta penduduk Meksiko, jumlah Muslim yang tidak proporsional terjadi di sebuah wilayah. Penduduk asli yang beragama Islam berkerumun di dalam dan sekitar kota San Cristobal de las Casas, sebuah kota dataran tinggi di Chiapas yang mencampur antara identitas Maya dan Spanyol.
Umar, pendeta evangelis asli, masuk Islam pada akhir tahun 1990an dan sekarang bertugas sebagai ‘jembatan’ antara orang Kristen dan Muslim setempat.
“Kami adalah agama monoteistik. Tapi kami tidak menyembah orang-orang kudus,” ungkap Umar.
Bagi beberapa suku Maya, seperti Mohamed Amin yang berusia 55 tahun, keputusan mereka untuk masuk Islam hanyalah karena dorongan moral terhadap kebersihan.
“Saya suka kebersihan dan sering mengganti baju. Islam adalah agama yang bersih dan hal inilah yang awalnya menarik saya untuk masuk Islam,” ujar Amin. []