CINA–Aktivis di Xinjiang, kota yang dihuni muslim Uighur di Cina, mengatakan bahwa mereka menderita kekurangan makanan dan obat-obatan saat pemerintah memberlakukan karantina dalam upaya pencegahan virus corona SARS CoV-19.
Proyek Hak Asasi Manusia Uighur yang berbasis di Washington mengatakan bahwa penduduk di provinsi Xinjiang, telah diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah mereka dan mereka kelaparan karena mereka tidak memiliki akses ke makanan dan pasokan yang memadai.
BACA JUGA:Â Wakil Presiden Iran Positif Terjangkit Virus Corona, Shalat Jumat Ditiadakan
Pekan lalu sebuah video diedarkan oleh aktivis. Dalam video tampak seorang lelaki Uighur yang mengatakan, “Saya lapar dan anak-anak saya lapar. Apakah Anda ingin saya bunuh diri?”
Proyek Uighur juga menyatakan keprihatinan bahwa virus Corona dapat menyebar di tempat yang disebut “kamp penahanan pendidikan ulang” yang menampung sekitar 1,8 juta orang muslim Uighur. Mereka ditahan dengan tuduhan terkait teror palsu di dalam kamp tersebut.
Tahanan melaporkan penganiayaan mengerikan di dalam kamp, termasuk pemerkosaan dan sterilisasi. Namun, hingga kini, tak ada tanggapan dari pemerintah terkait apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamp. Padahal, beberapa dokumen rahasia Cina terkait Xinjiang telah bocor ke media.
BACA JUGA:Â Virus Corona Sudah Menyebar ke 46 Negara, 2.801 Tewas dan 82.000 Orang Terinfeksi
Sebaliknya, Cina tengah berkonsentrasi penuh pada penanganan epidemi virus Corona yang berasal dari Wuhan di Provinsi Hubei. Xinjiang pun terkena imbasnya. Pihak berwenang telah menggunakan epidemi untuk memasang langkah-langkah hukuman lebih lanjut pada penduduk, termasuk mendirikan pagar logam setinggi dua meter di kota Artux untuk mencegah penduduk meninggalkan lingkungan mereka.
Jalan telah ditutup sebagai bagian dari karantina, yang telah berlaku sejak 23 Januari, yang telah mempengaruhi pasokan makanan dan obat-obatan. Di beberapa bagian, penduduk Xinjiang yang meninggalkan rumah mereka menghadapi penahanan 15 hari di kamp-kamp ini. Yang lain melaporkan membutuhkan perawatan medis yang mendesak tetapi tidak diizinkan meninggalkan rumah untuk menerima perawatan yang memadai. []
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR